Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Terseret Penurunan Harga CPO Global, Harga Referensi CPO Turut Menurun

        Terseret Penurunan Harga CPO Global, Harga Referensi CPO Turut Menurun Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Penurunan harga CPO di pasar global berdampak terhadap penetapan harga referensi produk CPO untuk penetapan Bea Keluar (BK) dan Pungutan Ekspor (PE).

        Kementerian Perdagangan RI menetapkan Harga Referensi CPO Periode 1-15 Juni 2023 sebesar US$811,68/MT. Nilai ini menurun sebesar US$81,55 atau 9,13 persen dari harga referensi CPO periode 16–31 Mei 2023. Dampaknya, beban ekspor sawit juga turun menjadi US$118/MT, yang terdiri dari BK sebesar US$33/MT dan PE CPO US$85/MT.

        Baca Juga: Mendag Zulhas: Kebijakan Ekspor CPO Melalui Bursa Berjangka di Indonesia

        "Harga referensi CPO mengalami penurunan yang mendekati ambang batas sebesar US$680/MT. Untuk itu, merujuk pada PMK yang berlaku saat ini, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar US$33/MT dan PE CPO sebesar US$85/MT untuk periode1—15 Juni 2023," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Budi Santoso, dilansir dari laman resmi Kementerian Perdagangan RI pada Selasa (6/6).

        Sebelumnya, periode 16–31 Mei 2023, BK CPO US$74/MT; PE CPO US$95/MT, dan total beban ekspor sebesar US$169/MT. BK CPO periode 1–15 Juni 2023 merujuk pada Kolom Angka 4 Lampiran Huruf C Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK/0.10/2022 jo. Nomor 123/PMK.010/2022 sebesar US$33/MT.

        Sementara itu, PE CPO periode 1–15 Juni 2023 merujuk pada Lampiran Huruf C Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.05/2022 jo. 154/PMK.05/2022 sebesar US$85/MT.

        Penurunan harga referensi CPO tersebut dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya yaitu menurunnya permintaan minyak sawit dunia yang disebabkan penurunan harga minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dan biji bunga matahari; adanya pembebasan tarif bea masuk minyak kedelai dan minyak bunga matahari oleh India; serta melemahnya kurs ringgit Malaysia terhadap dolar Amerika Serikat.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: