Kisah Orang Terkaya: Jean Salata, Miliarder Investor, Keturunan Imigran Austria yang Kabur dari Tentara Nazi
Salah satu orang terkaya dunia, Jean Salata adalah warga negara Chili yang tinggal dan bekerja di Hong Kong sejak 1989. Salata memegang jabatan di Bain dan AIG sebelum bergabung dengan Baring Private Equity Asia pada tahun 1997. Dia menjabat sebagai CEO dan memimpin pembelian manajemen Baring pada tahun 2000.
Pada Oktober 2022, perusahaan investasi yang terdaftar di Stockholm, EQT, mengakuisisi Baring senilai USD1,7 miliar (Rp25,7 triliun) dalam bentuk tunai dan 191,2 juta saham EQT.
Salata sekarang mengepalai operasi gabungan Baring dan EQT di Asia yang telah berganti nama menjadi BPEA EQT, dan duduk di komite eksekutif EQT.
Salat dicatat Forbes memiliki kekayaan bersih sebesar USD5,2 miliar (Rp78 triliun) menjadikannya orang terkaya kedua di Chili dan orang terkaya ke-15 di Hong Kong.
Pria yang lahir di Chili pada 22 Desember 1965 ini berasal dari generasi emigran Austria, Polandia, dan Jerman yang melarikan diri dari Nazisme pada tahun 1930-an. Saat berusia lima tahun, Salata dan keluarganya pindah ke Erie, Pennsylvania. Dia mulai berinvestasi di pasar saham ketika berusia 12 hingga 13 tahun.
Salata lulus dari Sekolah Persiapan Katedral pada tahun 1984. Pada tahun 1988, Salata lulus magna cum laude dengan gelar Bachelor of Science di bidang Keuangan dan Ekonomi dari Wharton School of the University of Pennsylvania.
Setelah lulus, Salata bekerja untuk Bain & Company awalnya di Boston dan pada tahun 1989 pindah ke Hong Kong di mana dia memberi nasihat kepada perusahaan asing tentang strategi masuk Cina Daratan.
Pada tahun 1991, Salata menolak tawaran untuk menghadiri Harvard Business School dan malah mengambil pekerjaan di bagian investasi AIG.
Pada tahun 1997, Salata dan dua rekan senior dari AIG ditunjuk untuk memimpin Baring Private Equity Asia (BPEA), Unit Asia dari Baring Private Equity Partners yang merupakan afiliasi dari Barings Bank yang akan menerima USD300 juta dalam pendanaan awal dari ING Group.
Namun, kedua rekannya menarik diri dan ING mengurangi komitmennya menjadi USD25 juta (Rp379 miliar) karena keruntuhan Barings Bank dan krisis keuangan Asia. Namun, meski dalam keadaan sulit, Salata merekrut tim dan mengerahkan modal ke NetEase dan Mphasis. Investasi yang sukses ini memungkinkan BPEA mengumpulkan USD300 juta untuk dana debutnya pada tahun 1999.
Pada tahun 2000, Salata dan timnya menyelesaikan pembelian manajemen perusahaan sehingga menjadi independen. Seiring pertumbuhan perusahaan, Salata mundur selangkah dari tugas investasi dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk manajemen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: