- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Disparitas Harga BBM Subsidi dan Nonsubsidi Bikin Pengusaha Pertashop Merugi
Ketua Umum Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta (Jateng-DIY) Gunadi Broto Sudarmo mengatakan, sebanyak 201 dari 448 pengusaha Pertashop mengalami kerugian akibat harga jual Pertamax dan Pertalite terlampau jauh.
"Dari 448 Pertashop itu ada 201 yang rugi. Pertashop yang tutup merasa terancam untuk disita asetnya karena tidak sanggup untuk (membayar) angsuran bulanannya ke bank yang bersangkutan," ujar Gunadi dalam audiensi dengan Komisi VII DPR RI dikutip, Selasa (11/7/2023).
Gunadi mengatakan, kondisi tersebut terjadi sejak harga jual Pertamax mengalami kenaikan hingga pernah berada di Rp13.300 dan saat ini dijual Rp12.400-Rp13.100 di sejumlah titik di Indonesia.
Baca Juga: PKS: Sistem Kompensasi BBM Saat ini Terkesan Kurang Transparan
Sementara harga jual Pertalite di tahun lalu naik dari Rp6.750 menjadi Rp10.000 per liter. Artinya, ada selisih harga yang cukup besar. Menurutnya, kenaikan harga Pertamax pada April 2022 lalu menjadi Rp12.500 menganggu pemasukan para pengusaha Pertashop.
"Dengan adanya disparitas harga, omzet kami menurun drastis hingga 90 persen, usaha Pertashop tidak memperoleh keuntungan, justru merugi," ujarnya.
Berdasarkan data per Desember 2022, ada 47 persen Pertashop yang hanya mampu menjual di kisaran 0-200 liter per hari. Menurutnya, dengan tingkat penjualan ini, pengusaha Pertashop mengalami kerugian.
"Dengan omzet 200 liter per hari, berapa sih keuntungannya? Kami tampilkan, omzet 200 liter per hari, dikali 30 hari, 6.000 liter. Margin kita Rp850 (per liter), laba kotor Rp5.100.000 per bulan, sedangkan dalam operasional ada gaji operator mininal dua orang Rp4 juta, masing-masing Rp 2 juta, ada iuran BPJS, ada losses, dan lain sebagainya," ucapnya.
Lanjutnya, ia mengatakan bahwa setidaknya hampir setengah dari pengusaha Pertashop mengalami kerugian.
"Jadi 47 persen teman-teman Pertashop yang punya omzet segitu bisa dibilang merugi, ini belum untuk (membayar) kewajiban ke bank," ucapnya.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa sebagian besar pengusaha Pertashop memanfaatkan dana dari pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari perbankan.
Asal tahu saja, Pertashop (Pertamina Shop) adalah outlet penjualan Pertamina berskala tertentu yang dipersiapkan untuk melayani kebutuhan konsumen BBM nonsubsidi, LPG nonsubsidi, dan produk ritel Pertamina lainnya dengan mengutamakan lokasi pelayanannya di desa atau di kota yang membutuhkan pelayanan produk ritel Pertamina.
Baca Juga: Pertashop Sumbar Bersatu Tolak Kenaikan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: