Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Battle Performa Keuangan 10 Emiten Batu Bara, Siapa yang Juara?

        Battle Performa Keuangan 10 Emiten Batu Bara, Siapa yang Juara? Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Paruh pertama tahun 2023 sudah terlewati, sejumlah perusahaan mulai merilis laporan kinerja keuangan semester I 2023, tak terkecuali para emiten batu bara. Di antara emiten batu bara yang sudah merilis laporan keuangan, siapakah yang jadi juaranya?

        Berdasarkan data yang dihimpun Warta Ekonomi, hingga 11 Agustus 2023 sudah ada 10 emiten batu bara yang menyampaikan laporan keuangan Q2 2023. Mayoritas emiten tersebut mengalami penurunan profitabilitas. Bahkan emiten yang mengalami penurunan laba bersih justru didominasi oleh emiten baru bara yang sudah ternama, seperti Bayan Resources, Bumi Resources, Indika Energy, hingga TBS Energi Utama.

        Baca Juga: Efek Domino Waskita Gagal Bayar Utang, Bagaimana Nasibnya Sekarang?

        Berikut adalah rangkuman performa 10 emiten batu bara pada semester I 2023.

        1. PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI)

        KKGI menjadi emiten batu bara yang mencatatkan kenaikan profit tertinggi di antara emiten lain yang sudah merilis kinerja Q2 2023.

        Melansir laporan keuangan perusahaan, hingga Juni 2023 KKGI meraih laba bersih sebesar US$27,38 juta, tumbuh 37,10% dari US$19,97 juta dari laba bersih per Juni 2022 lalu. Pendapatan KKGI naik signifikan 60,65% dari US$109,92 juta pada Q2 2022 jadi US$176,59 juta pada Q2 2023. Aset KKGI juga naik 19,95% dari US$170,18 juta per Desember 2022 jadi US$204,14 juta per Juni 2023.

        2. PT Harum Energy Tbk (HRUM)

        HRUM berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 3,16% dari US$145,98 juta pada semester I 2022 menjadi US$150,60 juta pada semester I 2023. Hal itu ditopang oleh kenaikan pendapatan sebesar 30,41% dari US$377,45 juta pada Q2 2022 jadi US$492,24 juta pada Q2 2023. Sementara itu, aset HRUM tumbuh 7,08% dari US$1,27 miliar per Desember 2022 menjadi US$1,36 miliar per Juni 2023.

        3. PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI)

        Emiten batu bara lain yang berhasil meraih kenaikan laba bersih ialah TCPI, yakni sebesar 1,55% dari Rp61,64 miliar pada semester I 2022 menjadi Rp62,60 miliar pada semester I 2023. Meski begitu, pendapatan TCPI turun sebesar -7,20% dari Rp872,93 miliar jadi Rp810,01 miliar. Pertumbuhan aset TCPI tercatat sebesar 10% dari Rp2,80 triliun pada Desember 2022 menjadi Rp3,08 triliun pada Juni 2023.

        4. PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT)

        SMMT mencatatkan penurunan laba bersih sebesar -14,17% dari Rp189,00 miliar pada H122 menjadi Rp162,21 miliar pada H123. Hal itu terjadi ketika pendapatan SMMT yang naik tipis sebesar 3,55% dari Rp474,69 miliar menjadi Rp491,57 miliar. Aset SMMT naik 11,01% dari Rp1,18 triliun per Desember 2022 jadi Rp1,31 triliun per Juni 2023.

        5. PT Bayan Resources Tbk (BYAN)

        BYAN mengalami penurunan laba bersih yang cukup signifikan, yakni 25,43% dari US$970,75 juta per Juni 2022 menjadi US$723,85 juta per Juni 2023. Dari segi pendapatan, BYAN menecatatkan kenaikan tipis sebesar 1,49% dari US$2,00 miliar pada H122 menjadi US$2,03 miliar pada H123. Aset BYAN tergerus hingga -30,45% dari US$3,94 miliar per Desember 2022 menjadi US$2,74 miliar per Juni 2023.

        6. PT Black Diamond Resources Tbk (COAL)

        Penurunan laba bersih yang lebih dalam ditorehkan oleh COAL, yakni mencapai -50,56% dari Rp82,39 miliar pada H122 menjadi Rp40,73 miliar pada H123. Padahal, pendapatan COAL mampu tumbuh hingga 13,01% dari Rp367,06 miliar pada Juni 2022 menjadi Rp414,83 miliar pada Juni 2023. Aset COAL mengalami kenaikan 16,89% dari Rp603,17 miliar pada Desember 2022 menjadi Rp705,09 miliar pada Desember 2023.

        7. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

        Emiten batu bara ternama lainnya yang mengalami penurunan laba bersih ialah BUMI. Laba bersih BUMI menyusut -51,20% dari US$167,67 juta pada semester I 2022 menjadi US$81,82 juta pada semester I 2023. Pendapatan BUMI juga mengalami penurunan, yakni sebesar -8,50% dari US$968,68 juta jadi US$886,27 juta. Aset BUMI tergerus -2,67% dari US$4,48 miliarĀ  pada Desember 2022 menjadi US$4,36 miliar pada Juni 2023.

        8. PT Indika Energy Tbk (INDY)

        Laba bersih INDY mengalami penurunan signifikan hingga -55,24% dari US$200,65 juta pada semester I 2022 menjadi US$89,80 juta pada semester I 2023. Pendapatan Indika Energy menyusut sebesar -13,47 dari US$1,93 miliar per Juni 2022 menjadi US$1,67 miliar per Juni 2023. Begitu pula dengan asetnya, turun sebesar -14,76% dari US$3,59 miliar pada Juni 2022 menjadi US$3,06 miliar pada Juni 2023.

        9. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA)

        Mengalahkan INDY, TOBA mencatatkan penurunan laba bersih yang lebih tajam, yakni -75,16% dari US$34,63 juta pada semester I tahun lalu menjadi US$8,60 juta pada semester I tahun ini. Pendapatan TOBA terpangkas sebesar -0,47% dari US$279,52 juta pada H122 jadi US$278,19 juta pada H123. Aset TOBA mengalami kenaikan tipis sebesar 0,73% dari US$899,33 juta pada Desember 2022 menjadi US$905,87 juta pada Juni 2023.

        10. PT Atlas Resources Tbk (ARII)

        Emiten batu bara terakhir yang sudah melaporkan kinerja keuangan semester I 2023 ialah ARII. Sayangnya, kinerja ARII anjlok dengan penurunan laba bersih hingga -87,83% dari US$14,72 juta jadi US$1,79 juta. Padahal, pendapatan naik ARII meroket 47,26% dari US$135,73 juta menjadi US$92,17 juta. Aset ARII tercatat tumbuh 3,61% dari US$448,73 juta per Desember 2022 menjadi US$464,95 juta pada Juni 2023.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: