Jumlah Pendanaan Startup Indonesia dan Asia Tenggara Turun di Kuartal II-2023
Pendanaan perusahaan rintisan (startup) di seluruh pasar utama Asia yang mencakup Asia Tenggara, India, dan Tiongkok Raya, semuanya turun pada kuartal kedua tahun 2023, dibandingkan dengan tahun lalu, menurut data dari DealStreetAsia.
Dilansir dari laman Nikkei Asia—yang menaungi DealStreetAsia—pada Senin (14/8/2023), lemahnya tren tersebut muncul pada Juni lalu. Data yang dikumpulkan oleh DealStreetAsia Data Vantage menunjukkan bahwa di Asia Tenggara dan India, pendanaan yang terkumpul sepanjang paruh pertama tahun 2023 lebih sedikit dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2022.
Tren penurunan paling tajam dalam pendanaan startup terlihat di Asia Tenggara, yakni sebesar 58,6%. Startup yang berkantor pusat di wilayah tersebut mengumpulkan US$2,13 miliar (Rp32 triliun) pada kuartal kedua, dibandingkan dengan US$5,13 miliar (Rp78 triliun) pada kuartal yang sama tahun 2022, mengutip dari laporan SE Asia Deal Review: Q2 2023 oleh DealStreetAsia Data Vantage.
Baca Juga: Aplikasi Preventive Health Fita Dorong Perubahan Gaya Hidup Sehat di Indonesia
Terkhusus di Indonesia, aktivitas pendanaan telah mengalami penurunan secara bertahap dalam beberapa kuartal terakhir.
Partner di Vertex Ventures Asia Tenggara & India yang juga memantau pasar Indonesia, Gary P Khoeng mengatakan bahwa volume kesepakatan diperkirakan akan turun mengikuti hambatan makro dan konservatisme investor, yang telah lazim sejak 2022.
“Secara umum, kami optimis untuk akhir tahun 2023 dan 2024 karena secara keseluruhan, kondisi makro agak membaik jika dibandingkan tahun lalu, meskipun masih ada kejadian black swan yang mungkin terjadi," ujar Khoeng.
Indonesia sempat mengungguli Thailand dalam hal nilai kesepakatan pada kuartal pertama 2023, tapi pendanaan startup di Indonesia masih tertinggal dari Vietnam pada kuartal kedua.
Startup Indonesia mengumpulkan US$327 juta (Rp5 triliun) total dana ekuitas pada kuartal kedua, sementara startup Vietnam mengumpulkan US$413 juta (Rp6 triliun) total pendapatan, dan hanya dilampaui oleh startup Singapura, yang mengumpulkan US$1,24 miliar (Rp18 triliun) dalam periode tiga bulan.
Sementara itu, tren lain yang mengkhawatirkan dari Asia Selatan adalah pendanaan tahap awal, yang sejauh ini relatif tangguh di tengah musim dingin pendanaan, kini mulai terasa sepinya. Hanya 52 startup di Asia Tenggara yang memperoleh pendanaan awal pada kuartal kedua. Hal ini menandai adanya penurunan 29,7% secara berurutan dan penurunan 45% dari tahun ke tahun.
Menurut laporan dari Data Vantage, tren tersebut menimbulkan kekhawatiran. Sebab, pendanaan awal berperan penting terhadap startup untuk bangkit, mulai dari mencakup pengeluaran yang berupa pengembangan produk, rekrutmen tenaga kerja untuk peran kunci, hingga operasi tahap awal.
Baca Juga: Keamanan Data Jadi Salah Satu Alasan Orang Indonesia Berobat di Luar Negeri
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti