Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Usai Kritik Data Hilirisasi Nikel, Faisal Basri: Saya Khilaf, Tidak Ada Kebencian pada Pak Jokowi

        Usai Kritik Data Hilirisasi Nikel, Faisal Basri: Saya Khilaf, Tidak Ada Kebencian pada Pak Jokowi Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ekonom Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri belakangan diketahui mengkritik proses kebijakan hilirisasi, khususnya nikel. 

        Sebelumnya, ia mengemukakan bahwa data yang disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) terkait nilai ekspor nikel dari proses hilirisasi senilai Rp510 triliun tidak akurat dan menyesatkan.

        Faisal bahkan mendorong pernyataannya lebih lanjut dengan mengungkapkan bahwa proses hilirisasi nikel ternyata lebih menguntungkan bagi industri China. Hal ini disebabkan oleh smelter yang dibangun di Indonesia, sebagian besar dimiliki oleh perusahaan-perusahaan China dan hasil produksinya diekspor kembali ke China.

        Baca Juga: Kritik Hilirisasi Nikel, Faisal Basri Buka-bukaan Dominasi China: Dari Mesin hingga Bank

        Usai membuat heboh publik atas kritiknya tersebut, Faisal mengaku khilaf terkait data nikel yang dituturkan oleh Presiden Jokowi. Pernyataannya itu disampaikan dalam wawancara bersama Prof Rhenald Kasali.

        “Saya punya niat baik. Saya mengakui secara publik bahwa saya mau mengakui memang ada beberapa data yang tidak saya masukkan karena saya khilaf,” jelas Faisal, dikutip dari kanal Youtube Prof Rhenald Kasali pada Selasa (22/8/2023).

        Tidak hanya itu, Faisal juga mendapatkan kritik karena dianggap berpotensi memicu rasisme melalui kritiknya yang menyatakan bahwa hilirisasi menguntungkan China. Namun, ia menolak dan membantah adanya unsur rasisme dalam pandangannya tersebut.

        “Sebelumnya saya menyebut China, amat jelas bahwa yang dimaksud adalah China sebagai entitas negara. Jadi, tidak ada terkandung sentimen ras sama sekali,” jelasnya.

        Ia menegaskan bahwa dalam kritiknya ia tidak sedang merujuk kepada warga Indonesia yang memiliki latar belakang etnis China (Tionghoa). Faisal juga mengakui kenyataan bahwa sejumlah besar pengelola tambang bijih nikel memiliki latar belakang etnis China. Bahkan, ia memiliki banyak teman dekat yang beretnis Tionghoa.

        “Saya berteman baik dengan pengelola tambang di sana. Ada salah satu anggota dewan pakar organisasi Tionghoa yang namanya INTI dan banyak sahabat saya yang Tionghoa. Jadi, tidak ada hubungannya dengan rasisme, jadi tolong jangan mengada-ngada,” terangnya lagi.

        Faisal menyatakan bahwa tidak ada perasaan negatif terhadap siapa pun karena permasalahan hilirisasi ini adalah suatu isu yang bersifat publik dan bukanlah masalah personal.

        “Kita akan saling mengisi, ini tidak ada masalah pribadi. Tidak ada kebencian pada Pak Seto, tidak ada kebencian pada Pak Jokowi, dan juga pada Pak Luhut. Ini isu publik, saya tidak mau kalau isu publik ini dibawa ke isu pribadi,” ujarnya.

        Di dalam kesempatan yang sama, ia juga berharap Presiden Jokowi agar memberantas orang-orang yang bertindak tidak sopan kepada Presiden Jokowi.

        “Sejak dulu saya berharap Pak Jokowi membersihkan orang-orang begundal sekelilingnya karena itulah sumber masalah. Saya juga sudah katakan kepada Pak Jokowi bahwa musuh berada di sekeliling Pak Jokowi. Jadi kalau Pak Jokowi tidak membersihkan itu, lama-lama tergerus kepercayaan saya pada Pak Jokowi,” tutur Faisal.

        Baca Juga: Pakar: Hilirisasi Nikel Dipilih untuk Kepentingan Politis Jelang Pemilu & Pilpres 2024

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nevriza Wahyu Utami
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: