Pemanasan Global Meningkat, Rumput Laut Bisa Dijadikan Alternatif Bahan Pangan
Kemarau berkepanjangan yang disebabkan oleh semakin dahsyatnya dampak pemanasan global bisa melemahkan ketahanan ekonomi berbagai negara, termasuk Indonesia, karena harga bahan pangan yang meninggi. Oleh sebab itu, pemerintah mulai mencari sejumlah alternatif bahan pangan yang bisa dijadikan pilihan oleh masyarakat.
Salah satu bahan pangan yang didorong oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, untuk dihilirisasi secara komprehensif adalah rumput laut. Hal ini disebabkan karena secara alami, rumput laut sudah banyak dan tersebar di sejumlah daerah di negara ini. Selain itu, masyarakat yang sudah mulai mengolah rumput laut secara tradisional juga pasti tidak sedikit.
Ketua Umum CEO Business Forum Indonesia, Jahja B. Soenarjo, mengatakan rumput laut mempunyai potensi untuk dijadikan bahan pangan alternatif. Hanya saja, kesadaran masyarakat akan hal ini belum masif karena boleh jadi ada yang beranggapan bahwa rumput laut kurang bergizi, kurang sehat, dan tidak mengandung vitamin penting.
Baca Juga: Berkat Gerakan Pangan Murah dan Bantuan Pangan, Harga Beras di Jabar Mulai Stabil
“Rumput laut dapat diolah menjadi agar-agar dan sebagai informasi, apabila agar-agar dicampur dengan kelor, masyarakat dapat membuat makanan pencegah stunting. Di Indonesia sendiri, ada merek agar-agar berbahan dasar rumput laut bernama Swallow yang sudah diekspor ke banyak negara, lengkap dengan resep menunya,” ujar Jahja dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Kamis, 28 September 2023.
Kehadiran pemerintah dari tingkat pusat hingga daerah amat sangat dibutuhkan. Kemitraan dengan dengan swasta dan sektor akademik untuk mengintensifkan riset dan penelitian tepat guna juga tidak kalah penting. Pendekatan ‘Pentahelix’ hendaknya tidak dilupakan dan eskalasi harga pangan sebagai komoditi berita politik di musim kontestasi Pemilu dan Pilpres ini sebaiknya dihindari.
Baca Juga: Rakyat Butuh Solusi Cepat Terkait Pangan, BHS : Jangan Ada Istilah Kiamat Beras!
“KADIN, APINDI, HIPMI, GAPMMI, CBFI, juga sejumlah komunitas dan organisasi nonpolitik lain, seperti INTI, PSMTI, FGBMFI, atau apa pun, dapat bergerak secara kolaboratif-inklusif dalam ekosistem Pentahelix untuk secara konkrit berkontribusi demi ketahanan pangan bangsa dan negara ini. Bukan hanya untuk saat ini, namun dapat menjadi proyek tanpa akhir, karena ledakan populasi harus diimbangi dengan ketersediaan pangan yang baik,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Yohanna Valerie Immanuella
Tag Terkait: