Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Lima Tahun Gempa Bumi Palu, Ini yang Dilakukan Kementrian ESDM

        Lima Tahun Gempa Bumi Palu, Ini yang Dilakukan Kementrian ESDM Kredit Foto: Kementerian ESDM
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pelaksana Tugas (Plt) Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid mengatakan, bertepatan dengan hari ini masyarakat Kota Palu dan sekitarnya harus menerima cobaan gempa bumi dahsyat yang diikuti bahaya ikutan dan tsunami. 

        Dimana hari ini tepat lima tahun yang lalu, tanggal 28 September 2018 pukul 17:02:44 WIB Kota Palu dan sekitarnya diguncang gempa dengan magnitudo M 7,4 Mw di kedalaman 10 km.

        "Hari ini tepat 5 tahun yang lalu terjadi peristiwa gempa berkekuatan 7,4 SR yang diikuti dengan tsunami yang melanda pantai barat. Gempa bumi dirasakan di Kabupaten Donggala, Kabupaten Parigi Moutong, dan Kabupaten Tolitoli. Gempa yang memicu tsunami hingga ketinggian 5 meter ini menyebabkan jatuhnya ribuan korban," ujar Wafid dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (28/9/2023). 

        Wafid mengatakan, belajar dari pengalaman kebencanaan di Palu, Sigi dan Donggala, Bangsa Indonesia diingatkan untuk senantiasa waspada terhadap ancaman bahaya yang ada di sekitarnya baik ancaman bencana utama maupun bahaya ikutannya (collateral hazard).

        "Diperlukan peningkatan upaya-upaya mitigasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana. Upaya-upaya tersebut perlu senantiasa ditingkatkan, dipantau dan dievaluasi oleh karena ancaman bencana di Indonesia sangat besar," ujarnya. 

        Dimana, fenomena likuefaksi pasca gempa di Palu-Donggala mengingatkan bangsa ini betapa informasi ancaman bahaya dan kerentanannya menjadi penting ketersediaannya baik bagi pemangku kepentingan di pusat, di daerah, bahkan bagi masyarakat umum. 

        "Sebagai upaya penyediaan informasi potensi kebencanaan bagi masyarakat dan bagi peningkatan mitigasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi salah satu ancaman bahaya ikutan berupa likuefaksi, Badan Geologi telah menyediakan"Atlas Zona Kerentanan Likuefaksi Indonesia," ucapnya. 

        Sementara itu Penyelidik Bumi Madya di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Supartoyo menambahkan, guncangan gempa bumi terasa sangat kuat dan skala intensitas maksimum terjadi di daerah Jono Oge, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, pada skala IX MMI (Modified Mercally Intensity).

        Kejadian gempa bumi tersebut lanjut Supartoyo, mengakibatkan penampakan beberapa fenomena geologi permukaan yang selama ini jarang terjadi yaitu, lokasi episenter terletak di darat namun memicu terjadi tsunami di pantai Teluk Palu, terbentuk sesar permukaan (fault surface rupture) mengiri yang bergeser sejauh 580 cm dan tersebar mulai dari Teluk Palu hingga daerah Kulawi, Kabupaten Sigi.

        Kemudian, terjadinya likuefaksi tipe aliran (flow liquefaction) di daerah Jono Oge, Petobo, Balaroa dan Sibalaya terjadi tanah bergelombang di daerah Jono Oge dan retakan tanah yang sangat masif di Kota Palu dan Kabupaten Sigi.

        Sementara itu, Plt Kepala Badan Geologi, Supartoyo mengingatkan pentingnya mitigasi bencana dan juga menghimbau untuk memperingati kejadian bencana tersebut dengan mengambil hikmah betapa pentingnya upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB) melalui peningkatan upaya mitigasi.

        "Untuk masyarakat di Kota Palu dan sekitarnya harus memperingati kejadian tersebut setiap tahunnya dengan berbagai kegiatan yang tujuannya adalah PRB. Salah satu upaya PRB tersebut adalah dengan meningkatkan kegiatan mitigasi yang dilakukan melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural yang bertujuan untuk mengurangi risiko suatu bencana," ujar Supartoyo.

        Oleh karena itu berkaitan dengan mengenang lima tahun kejadian gempa bumi Pasigala, PVMBG Badan Geologi berpesan untuk segera mengenali lingkungan sekitar dan sumber pembangkit bencana.

        "Kenali lingkungan tempat tinggal, kenali sumber pembangkit bencana di sekitar tempat tinggal, kenali jenis-jenis ancaman bahaya, kenali tempat dan jalur evakuasi, ikuti pelatihan dan simulasi bencana, dan tingkatkan kapasitas dalam menghadapi kemungkinan berulangnya kejadian bencana. Dengan upaya-upaya tersebut semoga dapat mengurangi risiko bencana yang mungkin akan terjadi dan terulang di kemudian," ucapnya

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: