Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bagi-bagi Rice Cooker Gratis Langkah Tepat untuk Transisi Energi Bersih? Begini Kata Pengamat

        Bagi-bagi Rice Cooker Gratis Langkah Tepat untuk Transisi Energi Bersih? Begini Kata Pengamat Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik dari Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat menyoroti soal kebijakan bagi-bagi Rice Cooker gratis oleh pemerintah kepada masyarakat. Kebijakan tersebut diklaim sebagai upaya transisi ke energi yang lebih bersih.

        Achmad menilai saat ini sumber listrik di Indonesia bukan serta merta berasal dari energi yang sepenuhnya “bersih”. Menurutnya, saat ini sumber listrik di Indonesia mayoritas masih menggunakan fosil.

        Baca Juga: Pemerintah Bagi-bagi Rice Cooker Gratis, Pakar Soroti Alasan Transisi ke Energi Bersih

        “Kenapa? Dia mengurangi penggunaan Liquefied petroleum gas (LPG) tetapi memberikan beban pada sumber listrik, sementara sumber listrik kita kalau datanya itu 85 persen dari energi fosil dengan perincian 49 persen batu bara, sekitar 24 persen dari gas, gasnya itu adalah liquefied natural gas (LNG), Jadi ini sama saja dari LPG ke LNG,” jelasnya.

        Karenanya, alasan transisi ke energi yang lebih bersih menurut Achmad tak masuk akal karena LNG juga mengeluarkan CO2. Klaim transisi energi bersih menurut Achmad jika sumber listrik dihasil dari angin, panas bumi, atau panel surya.

        “Yang katanya jadi energi listrik maka energi bersih? Tidak. Karena LNG menghasilkan gas CO2 juga, kecuali dari angin, panas bumi, surya Panel, itu baru bersih. Itu porsi-nyakan baru 15 persen yang bersih,” ungkapnya.

        Menurut Achmad, satu-satunya alasan masuk akal mengapa ada langkah bagi-bagi Rice Cooker gratis adalah berkaitan dengan oversupply listrik oleh PLN.

        Baca Juga: Kementerian ESDM Programkan Penyediaan Rice Cooker Bagi Rumah Tangga

        Achmad mengungkapkan Indonesia memang oversupplylistrik karena ada aturan PLN itu membeli take and pay dari independent power plant, berapa pun beban listrik yang mereka hasilkan mereka harus beli, nah karena oversupply, ini kalau tidak dipakai PLN tetap rugi.

        “Menteri ESDM berpikir ini bagaimana PLN ini tidak rugi bagaimana caranya? ya caranya dengan menambahkan konsumsi per kapita masyarakat kita terhadap penggunaan listrik agar tidak oversupply,

        “Persoalannya mengapa kebijakan ada oversupply? karena independen tower plant itu menghasilkan listrik juga tidak ada ketentuan mereka harus menghasilkan energi ramah lingkungan jadi mereka juga membakar dengan batu bara, BBM, gas,” tambahnya.

        Baca Juga: Waketum Partai Garuda Teddy Gusnaidi Sebut yang Mempersoalkan Keluarga Jokowi Berpolitik Sama Saja Anti UUD 1945

        Karenanya, Achmad menegaskan alasan penghematan penggunaan LPG atau pun peralihan ke energi yang lebih bersih tidak masuk akal.

        “Saya kira itu satu alasan yang tidak masuk akal untuk mengubah transisi energi,” ujar Achmad.

        Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2023 tentang Penyediaan Alat Memasak Berbasis Listrik Bagi Rumah Tangga.

        Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Jisman P Hutajulu mengatakan, program pemberian AML di tahun 2023 merupakan insentif kepada rumah tangga yang memenuhi kriteria tertentu.

        Baca Juga: Jokowi: Hentikan Perang Palestina-Israel, Hentikan Kekerasan!

        "Tujuan program ini adalah menjamin akses energi bersih yang terjangkau, andal, dan berkelanjutan. Selain itu, program ini bertujuan mengurangi impor LPG yang digunakan untuk memasak, meningkatkan konsumsi listrik per kapita, serta mendukung teknologi memasak yang lebih bersih," ujar Jisman dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (9/10/2023).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bayu Muhardianto
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: