Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        500 Global Ungkap 5 Langkah yang Harus Dilakukan Startup 5 Tahun ke Depan, Apa Saja?

        500 Global Ungkap 5 Langkah yang Harus Dilakukan Startup 5 Tahun ke Depan, Apa Saja? Kredit Foto: Nadia Khadijah Putri
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Managing Partner 500 Global, Khailee Ng mengatakan, untuk menyambut lima tahun mendatang, perusahaan rintisan (startup) perlu melakukan lima ide untuk mengekspansi bisnis lebih luas, apa saja? 

        Ng menjelaskan, terdapat lima ide yang dapat dilakukan startup, yakni pertama “bermain” di sektor alpha. Kedua, menemukan “inner voice” untuk menguasai “inner game”. Ketiga, bring back the hack atau mengembangkan sesuatu yang sudah ada dan diretas atau hack. Keempat, melihat pasar potensial lebih jauh di kawasan Asia Tenggara. Terakhir, menyegerakan perusahaan untuk melantai di bursa atau IPO, Ng menyebutnya dengan “cheer them on’

        Untuk langkah pertama, yakni Alpha vs Beta, Ng memaparkan soal kegigihan pemimpin startup untuk terus berinovasi dan mengembangkan strategi perusahaan. Di langkah ini, adalah penting untuk menjadi yang berbeda agar dapat dikenali lebih mudah. 

        Baca Juga: East Venture Incar Sektor Fintech, Kesehatan, dan Energi Terbarukan, Siapa Saja Startup-nya?

        “Kegigihan itu akan mendefinisikan Anda sebagai ukuran yang akan membantu Anda untuk mencapai lebih banyak. Jadi mainkanlah permainan alpha,” ujar Ng di sesi bertajuk “Southeast Asia at the crossroads” dalam Konferensi Tech In Asia, Jakarta, Kamis (19/10/2023). 

        Ng mengambil kasus Google dan Facebook sebagai perusahaan raksasa teknologi terbesar, kemudian disusul OpenAI yang sempat menjadi tren seiring dengan berkembangnya teknologi kecerdasan buatan (AI). Tidak hanya itu, Ng juga mengambil kasus Bukalapak, platform e-commerce di Indonesia yang melantai di bursa, dan kini masih beroperasi. 

        Langkah kedua yakni tentang menemukan “inner voice” untuk menguasai “inner game”. Ng menyinggung soal masalah umum startup yang cenderung mengikuti ide orang lain atau tren. Inner voice dalam startup justru akan menjadi faktor pendorong selain kegigihan, yang akan mengantarkan pada keunikan sebuah startup. Nantinya, ini akan membantu startup mendapatkan target pasar di Asia Tenggara – sebagai kawasan dengan ekonomi digital potensial. 

        Tidak hanya itu, inner voice dalam sebuah startup penting untuk menentukan skala prioritas bisnis, dengan menggunakan empat matriks low result, low cost, high cost, dan high result. Matriks ini dapat digunakan sesuai kebutuhan startup

        Karena itu, inner voice dapat membantu startup melakukan langkah ketiga, yakni bring back the hack, sebab startup tersebut memiliki banyak cara untuk tetap bertahan dan relevan terhadap pasarnya. Alhasil, sebuah startup yang menguntungkan akan menghasilkan uang dari pelanggan, bukan menghamburkan pendanaan dari perusahaan modal ventura atau venture capital (VC). 

        Ditambah lagi, dengan melakukan bring back the hack, sebuah startup akan cenderung melakukan growth hacking marketing, yakni sebuah pemasaran yang mementingkan hasil lebih tinggi dengan biaya lebih rendah. 

        Langkah keempat adalah tentang melihat kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan yang potensial untuk mengembangkan bisnis startup. Ng menyebut beberapa perusahaan besar yang akhirnya ekspansi ke kawasan Asia Tenggara, misalnya Canva yang berbasis di Australia dan membesar di Asia Tenggara. Apa alasan Ng menyebut kawasan ini adalah potensial dan perlu dilirik lebih jauh? 

        “Asia Tenggara lebih kompetitif,” katanya singkat. 

        Terakhir, Ng menjelaskan soal IPO startup atau melantai di bursa. Ia menyebut startup yang sudah melantai di bursa, seperti Grab, Bukalapak, Sea Group, dan GoTo. Dengan adanya mereka yang melantai di bursa, perlu untuk mendukung mereka, baik itu dengan membeli saham, atau menjadi pelanggan mereka. 

        “… jika kita tidak mendukung mereka untuk sukses, Asia Tenggara akan kurang dikenal di luar negeri, kita akan memiliki modal yang lebih kecil, dan waktu kita di ujung tanduk akan terus berlanjut. Jadi, saya tidak ingin mengatakan ini adalah jago kandang,” jelas Ng. 

        Baca Juga: Startup Bioteknologi Moosa Genetics Raih Pendanaan Baru dari East Ventures

        “Semua ini adalah konsep yang saling terkait. Anda akan menemukan ketika memainkan game fighters alpha, Anda akan menemukan suara hati dalam diri Anda sendiri, sehingga Anda bisa masuk akal dalam permainan yang tidak perlu dipahami orang lain. Dan Anda akan benar-benar menemukan hack ini, Anda akan menemukan ide dan pasar untuk diri Anda sendiri di Asia Tenggara dan memastikannya untuk terus berjalan seiring berjalannya waktu,” tutup Ng sambil mengakhir presentasinya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: