Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, ada empat strategi jika Indonesia menghadapi pandemi seperti Covid-19.
Budi mengibaratkan, pada saat pandemi yang dihadapi beberapa negara di dunia sama seperti perang melawan virus.
"Perang itu yang dihadapi manusia ada tiga jenis. Pertama perang dengan alam. Kedua, perang sesama manusia. Dan ketiga perang menghadapi patogen atau pandemi," ujar Budi dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (15/12/2023).
Baca Juga: Karya dan Kinerja Melewati Multi Krisis: Pandemi COVID-19
Budi menyebut, dari semua perang yang dihadapi manusia, perang melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak di dunia.
Ia mencontohkan pandemi Black Death atau Maut Hitam yang melanda Eropa, Asia, dan Afrika Utara antara 1347-1353 dan diperkirakan merenggut nyawa 200 juta jiwa.
Untuk menyiapkan perang melawan pandemi, eks Wakil Menteri BUMN ini mengatakan strategi pertama yang perlu dilakukan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten.
"Kita perlu siapkan orangnya. Tenaga cadangan kesehatan, sama seperti militer. Kita bikin juga cadangan kesehatan secara digital. Jadi kita catat secara digital orang-orang kita yang punya pengalaman menghadapi bencana tuh gimana dan siapa. Dan itu bisa dipanggil at any time," ujarnya.
Strategi kedua adalah mempersiapkan senjata terbaik melawan pandemi seperti dengan melengkapi alat-alat kesehatan.
"Kalau pertahanan nembak pakai senjata, kesehatan nembaknya pakai suntikan. Jadi kalau pertahanan punya pabrik senjata, kita (kesehatan) punya pabrik alat suntik, RnD (Research and Development), segala macam, kan gitu," ucapnya.
Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Dorong Produsen Alkes Dalam Negeri Berteknologi Tinggi
Strategi selanjutnya melawan potensi pandemi adalah dengan meningkatkan pengawasan seperti menyiapkan PCR lab di 416 Kabupaten dan 98 Kota di seluruh Indonesia.
Sementara strategi terakhir adalah menyiapkan amunisi senjata pamungkas seperti Teknologi DNA rekombinan dan lainnya.
"Lab itu intel kesehatan untuk melihat virusnya datang dari mana. Kita juga perlu ada Laboratory Genomic Sequencing. Jadi kalau kita sudah tahu musuh-musuh kita yang buat ratusan juta orang mati dari hewan, kita sudah siapkan strateginya Integrated One Health," ungkapnya.
Seperti diketahui, pandemi Covid-19 pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020. Pada tanggal 9 April, pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi dengan DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai provinsi paling terpapar. Pemerintah melakukan berbagai kebijakan penanganan pandemi seperti dari berbagai sektor seperti Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pemberian insentif bagi masyarakat dan pelaku, dan pemberian vaksin agar pandemi dapat teratasi dan perekonomian tetap terjaga.
Langkah penangana pandemi yang dilakukan pemerintah mendapat apresiasi dari banyak pihak. Salah satunya dari World Health Organization (WHO). Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Juni 2022 mengatakan Indonesia memiliki penanganan yang baik dalam COVID-19.
Begitu pula dengan cakupan vaksinasi COVID-19. Hal ini disampaikan Tedros kepada Presiden Jokowi kala itu.
Selain WHO, pujian datang dari Johns Hopkins University (JHU) yang menyebut Indonesia salah satu negara yang terbaik dalam menekan infeksi akibat SARS-CoV-2.
Berdasarkan data Satgas COVID-19, per 19 Maret 2023, selama tiga tahun pandemi, akumulasi kasus Covid-19 di Indonesia adalah 6.741.354 dengan angka kesembuhan 6.576.542 per kemarin. Sementara itu, untuk kasus meninggal akumulasinya mencapai 160.971.
Ada pun untuk cakupan vaksinasi Covid-19, sudah mencapai 203,8 juta orang yang mendapatkan suntikan pertama dari target 234,6 juta orang. Vaksinasi dosis kedua sebanyak 174,8 juta orang, dan vaksinasi dosis ketiga sebanyak 65,5 juta orang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: