Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        APBN Bisa Sempoyongan, Anjloknya Lifting Minyak Saat Memanasnya Timur Tengah

        APBN Bisa Sempoyongan, Anjloknya Lifting Minyak Saat Memanasnya Timur Tengah Kredit Foto: PKS
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Mulyanto menkankan perlunya keseriusan dalam mencapai target lifting minyak, apalagi dibayangi ancaman dampak memanasnya kondisi geopolitik dalam kawasan dari Timur Tengah.

        Dirinya mengatakan, jika hal ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin tanah air tidak akan pernah lepas dari ketergantungan impor minyak dari luar negeri.

        Baca Juga: Afrika Jadi Alternatif untuk Supply Minyak Indonesia

        "Masa karena banjir, lifting anjlok. Karena listrik padam, lifting anjlok. Juga kerap terjadi unplanned shutdown (stop operasi tak terencana), yang menjadi biang keladi merosotnya lifting minyak. Ini seriusĀ  tidak sih ingin mencapai target lifting? Mana mungkin, kita bisa mengurangi ketergantungan minyak pada impor, kalau kinerja lifting minyak kita seperti ini. Sudah lebih dari 5 tahun, target lifting minyak kita terus merosot," ungkap Mulyanto, dilansir Sabut (20/4).

        Dijelaskannya, target lifting minyak tahun 2020 sebesar 755 ribu barel per hari. Angka ini terus turun selama lima tahun terakhir menjadi sebesar 635 ribu barel per hari di tahun 2024. Sementara realisasi tahunannya pun tidak mencapai seratus persen. Laporan lifting minyak tahun 2024 terhitung sampai tanggal 15 April adalah sebesar 576 ribu barel per hari atau hanya 90 persen dari target 2024.

        "Kalau kondisinya seperti ini terus, kita semakin tergantung pada impor. Lalu, ketika harga minyak dunia naik, maka APBN kita sempoyongan untuk nomboki subsidi energi," jelasnya.

        Karena itu, pihaknya mendesak Pemerintah segera mereformasi kelembagaan SKK Migas (Satuan kerja Khusus Minyak dan Gas). Hal itu agar jangan menjadi sekedar sebagai "satuan kerja" di bawah Kementerian ESDM, serta sebagai lembaga yang bersifat sementara. Badan pelaksana hulu migas ini harus kuat, sehingga full power dalam berkinerja.

        Untuk diketahui, SKK Migas mencatat, produksi minyak Indonesia 576 ribu barel per hari secara year to date hingga 15 April 2024. Saat ini proses peningkatan produksi melalui reaktivasi sumur tengah dilakukan.

        Reaktivasi sumur dilakukan karena sebelumnya terjadi penghentian fasilitas produksi secara tidak terencana (unplanned shutdown) karena banjir yang melanda sebagian kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di wilayah Sumatera.

        Baca Juga: Pertamina Ancang-Ancang Lihat Perkembangan Harga Minyak Dunia Pasca Serangan Iran ke Israel

        Unplanned shutdown terjadi karena kondisi banjir yang melanda sebagian KKKS di wilayah Sumatera (PHR, PHE Kampar, Tiara Bumi, SRMD dll) serta unplanned shutdown yang cukup berdampak seperti di BP Berau, BSP dan PHE OSES dll.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: