Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memperkuat kompetensi pekebun sawit swadaya di Indonesia dengan cara memberikan sejumlah pelatihan yang bisa para petani dapatkan dan manfaatkan.
Kepala Divisi Program Pelayanan BPDPKS, Arfie Thahar, pihaknya saat ini sedang menggarap total lebih dari 300 pelatihan dengan skala prioritas yang diberikan kepada para pekebun sawit.
Baca Juga: Realisasi Peremajaan Sawit Rakyat Mukomuko Capai 2.391 Hektare
“Kompetensi terkait dengan budidaya sawit ini menjadi hal prioritas yang harus diperkuat sehingga nantinya dapat terstandarisasi,” kata Arfie, dalam keterangannya yang diterima Warta Ekonomi, Jumat (6/9/2024).
Adapun program rutin dari BPDPKS tersebut dilaksanakan dengan sasaran berbagai pihak yang terlibat dalam bisnis perkebunan sawit swadaya. Di antaranya adalah pekebun sawit, pengurus koperasi (KUD), hingga perangkat pendamping daerah agar pelatihan sumber daya manusia tersebut kian optimal dan meningkatkan produktivitas industri sawit itu sendiri. Sejalan dengan program-program dari BPDPKS.
Para peserta yang berasal dari berbagai wilayah penghasil sawit ini mengikuti pelatihan melalui undangan berdasar Data Rekomendasi Teknis (Rekomtek). Adapun isi dari rekomtek adalah daftar peserta yang diajukan oleh Dinas Perkebunan masing-masing wilayah dan dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI).
Adapun program pengembangan SDM dari BPDPKS ini terbagi menjadi dua. Yakni pelatihan dan beasiswa. Pelatihan sendiri bertujuan untuk peningkatan keterampilan dan kompetensi dari para pekebun untuk menjalankan praktik baik perkebunan.
Baca Juga: Agtech dan Blockchain, Bisakah Jadi Solusi Isu Deforestasi Industri Sawit?
Adapun dana yang didapatkan untuk menunjang program tersebut dan program lainnya berasal dari pungutan ekspor (PE/levy) yang kemudian disalurkan ke berbagai program strategis pemerintah mulai dari peremajaan sawit rakyat, peningkatan sarana dan prasarana perkebunan, pengembangan SDM, penelitian hingga hulu dan hilirisasi bisnis kelapa sawit itu sendiri.
Pendanaan Program Pengembangan SDM tersebut, ujar Arfie, sudah berjalan sejak tahun 2016 silam. Hingga tahun 2024 dia menyebut sudah lebih dari 18.000 pekebun yang mendapatkan pelatihan dan lebih dari 6.000 anak mendapatkan beasiswa. Tercatat sepanjang tahun 2021 hingga 2024, pendanaan bagi pelatihan dan beasiswa ini meningkat sebanyak 50% setiap tahunnya.
Baca Juga: Mengenal Kastarasi dalam Kelapa Sawit
“Dengan peningkatan pendanaan ini diharapkan semakin banyak pekebun yang bisa merasakan manfaatnya. Program ini menjadi langkah kami mempersiapkan SDM berkualitas yang sanggup mengadapi tantangan bisnis,” jelasnya.
Dalam keterangan yang sama, SEVP Operation LPP Agro Nusantara, Pugar Indriawan, menjelaskan pemahaman terkait budidaya menjadi kekuatan yang harus dimiliki oleh para petani/pekebun itu sendiri. mulai dari bagaimana melakukan replanting di kebunnya, pengelolaan tanaman, pengelolaan dan pengendalian hama, hingga bagaimana melakukan panen.
Baca Juga: DPR dan GAPKI Desak Pemerintah Sikat Ninja Sawit: Negara Tak Boleh Kalah
“Ini prioritas yang harus diselesaikan kompetensi yang harus dimiliki oleh para pekebun yang ada di Indonesia, kemudian baru kita bicara tentang kompetensi-kompetensi lain yang nanti dibutuhkan. Seperti nanti jika ada kelembagaan, bagaimana mereka mengelola finansialnya, mengelola keuangannya,” kata Pugar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: