Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas'ud dan Seno Aji, diperkirakan akan unggul atas pesaingnya, pasangan petahana Isran Noor dan Hadi Mulyadi, pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang dijadwalkan pada 27 November 2024. Hal ini tergambar berdasarkan hasil survei dilakukan oleh Geopolitic Research Center (GRC).
"Pasangan Rudy Mas'ud dan Seno Aji diprediksi akan meraih kemenangan di Pilkada 2024. Hasil survei menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat keterpilihan dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja petahana," kata Direktur Eksekutif GRC Alfian Septiansyah dalam keterangan tertulis, Rabu (25/9/2024).
Alfian mengungkapkan, sebanyak 58,8% responden menyatakan ketidakpuasan terhadap kinerja Isran Noor dan Hadi Mulyadi, sedangkan hanya 34,3% yang merasa puas. Sementara itu, 6,9% responden tidak memberikan jawaban.
Sementara itu, pasangan Rudy Mas'ud dan Seno Aji unggul dalam jawaban pilihan top of mind dengan elektabilitas sebesar 49,4% dan pasangan petahana Isran Noor dan Hadi Mulyadi hanya mendapatkan 29,7%.
Perihal ini, pemilih yang menyatakan tidak akan memilih, rahasia, belum memutuskan, tidak tahu, atau tidak menjawab mencapai 20,9%.
Lebih lanjut, jika survei ini dilaksanakan secara tertutup dengan menggunakan kertas kuisioner, pasangan Rudy Mas'ud dan Seno Aji mengungguli Isran Noor dan Hadi Mulyadi di tiga kota dan enam kabupaten di Kalimantan Timur.
"Sebaran suara hasil survei terhadap kedua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim menunjukkan pengambilan data menggunakan kuisioner. Yang berisikan pertanyaan kepada responden untuk memilih salah satu pasangan calon jika Pilkada Kalimantan Timur digelar hari ini," kata Alfian.
Dijelaskan, untuk Kota Samarinda, pasangan calon Rudy Mas'ud dan Seno Aji unggul dengan perolehan suara 61,4%, sementara pasangan calon Isran Noor dan Hadi Mulyadi memperoleh suara 33,7%, dan tidak memilih 4,9%.
Di Kabupaten Kutai Kartanegara, pasangan calon Rudy Mas'ud dan Seno Aji unggul dengan perolehan suara 63,2%, sedangkan pasangan calon Isran Noor dan Hadi Mulyadi memperoleh 30,1%, dengan suara tidak memilih sebesar 6,7%.
Untuk Kota Balikpapan, pasangan calon Rudy Mas'ud dan Seno Aji unggul dengan perolehan suara 62,7%, sementara pasangan calon Isran Noor dan Hadi Mulyadi memperoleh 30,2%, dan tidak memilih 8,1%.
Di Kabupaten Kutai Timur, pasangan calon Isran Noor dan Hadi Mulyadi unggul dengan perolehan suara 45,3%, sedangkan Rudy Mas'ud dan Seno Aji memperoleh 44,8%, dan suara tidak memilih sebesar 9,9%.
Di Kabupaten Paser, pasangan calon Rudy Mas'ud dan Seno Aji unggul dengan perolehan suara 59,2%, sedangkan pasangan calon Isran Noor dan Hadi Mulyadi memperoleh 30,6%, dan tidak memilih 10,2%.
Di Kabupaten Berau, pasangan calon Rudy Mas'ud dan Seno Aji unggul dengan perolehan suara 52,8%, sementara pasangan calon Isran Noor dan Hadi Mulyadi memperoleh 39,1%, dengan suara tidak memilih 8,1%.
Di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), pasangan calon Rudy Mas'ud dan Seno Aji unggul dengan perolehan suara 54,3%, sedangkan pasangan calon Isran Noor dan Hadi Mulyadi memperoleh 39,4%, dan tidak memilih 6,3%.
Untuk Kota Bontang, pasangan calon Rudy Mas'ud dan Seno Aji unggul dengan perolehan suara 66,8%, sementara pasangan calon Isran Noor dan Hadi Mulyadi memperoleh 25,1%, dan tidak memilih 8,1%.
Di Kabupaten Kutai Barat, pasangan calon Rudy Mas'ud dan Seno Aji unggul dengan perolehan suara 52,2%, sedangkan pasangan calon Isran Noor dan Hadi Mulyadi memperoleh 40,1%, dan tidak memilih 7,7%.
"Terakhir, di Kabupaten Mahakam Ulu, pasangan calon Rudy Mas'ud dan Seno Aji unggul dengan perolehan suara 50,2%, sementara pasangan calon Isran Noor dan Hadi Mulyadi memperoleh 46,4%, dan tidak memilih 3,4%," kata Alfian.
Alfian menilai, rendahnya tingkat keterpilihan pasangan petahana Isran Noor dan Hadi Mulyadi dapat dikaitkan dengan peningkatan jumlah pemilih rasional, terutama di kalangan generasi Z dan milenial.
Kelompok ini lebih cenderung menilai kinerja calon kepala daerah petahana selama masa jabatannya. Pemilih yang rasional ini menilai adanya ketidakonsistenan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab calon petahana selama lima tahun terakhir.
Penyebab utama rendahnya dukungan terhadap petahana meliputi kegagalan mempertahankan basis suara atau konstituen, serta kegagalan dalam mengatasi situasi pandemi.
Di masa pandemi, lanjut Alfian, masyarakat mengharapkan solusi untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi di berbagai aspek kehidupan. Namun, pasangan petahana gagal memenuhi harapan tersebut, dan program kerja yang diluncurkan tidak mampu membantu warga keluar dari kesulitan yang dihadapi.
Situasi ini mendorong masyarakat untuk berpikir secara rasional dan beralih kepada kandidat baru. Kegagalan dan kekalahan petahana juga tidak terlepas dari kurangnya konsolidasi dengan berbagai partai politik yang berpotensi menjadi pengusung pada Pilkada 2024.
"Pada kenyataannya, hanya dua partai politik pemilik kursi di DPRD Kalimantan Timur yang berhasil dikonsolidasikan oleh Isran Noor, yang menunjukkan keterbatasan dalam dukungan politik," ujar Alfian.
Dikatakan, sejumlah temuan lain dari survei ini menunjukkan bahwa sebanyak 70,8% calon pemilih sudah mengetahui atau pernah mendengar tentang pemilihan gubernur dan wakil gubernur yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024. Sementara itu, 29,2% responden menyatakan tidak tahu atau tidak pernah mendengar informasi tersebut.
Lebih jauh, sekitar 80,1% calon pemilih menyatakan niat untuk ikut serta dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Timur, sedangkan 19,9% menyatakan tidak akan berpartisipasi dalam pemilihan tersebut.
Ditambahkan, dari survei GRC juga menunjukkan bahwa beberapa isu krusial mendasari pilihan calon pemilih pada 27 November 2024 yakni isu meliputi kebutuhan pokok dan infrastruktur.
"Isu-isu krusial berkaitan ekonomi 78,7% terkait harga bahan pokok yang mahal, keadaan ekonomi keluarga yang menurun 70,2%, lapangan kerja dan usaha yang minim 70,8%. Kemudian, infrastruktur persoalan yang harus segera diselesaikan 67,8%, ketersediaan pupuk subsidi 73,8%, kemudian biaya pendidikan yang mahal 79,6%," ujarnya.
Survei ini dilakukan dalam periode 12 hingga 22 September 2024 dengan metodologi yang memenuhi standar penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan di seluruh wilayah Kalimantan Timur dengan melibatkan 1.480 responden yang memenuhi syarat sebagai pemilih, yaitu individu yang berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah pada saat survei berlangsung.
"Margin of error dalam survei ini adalah +/- 2,55% dengan tingkat kepercayaan 95%. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah multistage random sampling, dan teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat