- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Pemanfaatan EBT di Indonesia Masih Jauh dari Target, Perlu Strategi Serius dari Pemerintah
Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia dinilai masih belum optimal dan jauh dari target yang ditetapkan oleh pemerintah. Direktur Eksekutif CORE, Mohammad Faisal, menegaskan bahwa Indonesia belum memaksimalkan potensi besar yang dimilikinya, seperti tenaga surya, angin, air, dan panas bumi. Padahal, pemerintah menargetkan bauran energi nasional mencapai 19,49% pada tahun 2024 dan optimistis bisa mencapai 23% pada 2025.
"Pemanfaatan EBT masih jauh dibandingkan target, apalagi dibandingkan dengan potensi besar EBT di Indonesia," ungkap Faisal, saat dihubungi, Jakarta, Senin (7/9/2024).
Menurutnya, pencapaian ini membutuhkan kemauan politik yang kuat serta strategi yang serius dari pemerintah dan semua pihak terkait agar bisa mempercepat realisasi target.
Baca Juga: Dua Ganjalan Berujung Indonesia Diproyeksikan Gagal Capai Target 23% EBT 2025
Faisal juga menyebut bahwa meski pemanfaatan EBT memerlukan investasi besar di tahap awal, biaya produksi jangka panjang justru bisa lebih murah dibandingkan energi konvensional. Untuk itu, ia menggarisbawahi pentingnya insentif investasi agar dapat membantu menutupi biaya awal yang tinggi.
"Dana untuk investasi EBT sebenarnya bisa didapat dari berbagai sumber, jangan hanya mengandalkan APBN," tambahnya.
Ia menyarankan konsolidasi dana dari sumber lain seperti CSR, dana internasional, karbon trading, dan lainnya untuk mendanai proyek-proyek EBT yang masih memerlukan sokongan besar pada tahap awal.
Sementara itu, upaya dari sektor swasta juga terus digencarkan, seperti yang dilakukan oleh Star Energy Geothermal, anak perusahaan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang berencana meningkatkan kapasitas terpasangenergi hijau melalui sejumlah proyek retrofitting dan penambahan kapasitas baru.
CEO Barito Renewables, Hendra Tan, menyatakan bahwa langkah ini adalah bagian dari dukungan perusahaan terhadap target net zero emission yang ditetapkan Indonesia.
"Dengan melakukan retrofit dan menambah kapasitas pembangkit yang ada, kami memastikan masa depan yang berkelanjutan dan efisien untuk energi bersih di negara ini," kata Hendra.
Baca Juga: Star Energy Tingkatkan Kapasitas Jadi 102,6 MW, Segini Nilai Investasinya
Proyek yang sedang digarap di antaranya adalah ekspansi Salak Unit 7 dengan tambahan 40 MW dan Wayang Windu Unit 3 yang diproyeksikan menambah 30 MW. Selain itu, ada peningkatan kapasitas di unit yang sudah ada, seperti retrofit Wayang Windu Unit 1 & 2 yang menambah 18,4 MW, serta peningkatan di Salak Unit 4, 5, dan 6 dengan total tambahan 7,2 MW.
Secara keseluruhan, Star Energy Geothermal akan meningkatkan kapasitas terpasang sebesar 102,6 MW dengan nilai investasi mencapai US$ 346 juta. Setelah proyek ini selesai, kapasitas dari Wayang Windu akan meningkat dari 230,5 MW menjadi 278,9 MW, Salak dari 381 MW menjadi 428,2 MW, dan Darajat dari 274,5 MW menjadi 281,5 MW.
Selain itu, kolaborasi dengan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk dalam layanan laboratorium juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional, terutama dalam hal pengambilan sampel dan analisis fluida geothermal.
Kendati langkah swasta ini cukup signifikan, percepatan pemanfaatan EBT di Indonesia tetap membutuhkan dukungan kebijakan yang lebih kuat dari pemerintah untuk mencapai target yang telah dicanangkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: