Berat Tugas Prabowo, Pakar Ungkap Tantangan Capai Pertumbuhan Ekonomi 5% di 2025
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Aviliani, mengemukakan pandangannya mengenai prospek pertumbuhan ekonomi dari Indonesia. Dirinya mengatakan ada tantangan besar untuk pemerintahan selanjutnya jika ingin membawa pertumbuhan ekonomi hingga 5% di 2025.
Menurut Aviliani, Indonesia kini berada dalam fase yang ia sebut sebagai "Debt Fatigue Era," di mana pembayaran cicilan utang (pokok dan bunga) mencapai sekitar 30% dari total pendapatan negara. Hal ini akan diperparah dengan naiknya rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Baca Juga: Bahlil Ungkap yang Dibahas Prabowo Bersama Ketum Parpol di Kemenhan, PDIP Masuk Kabinet?
"Rasio utang terhadap PDB diproyeksikan akan mencapai 50%. Sementara rasio pajak menurun, sehingga menimbulkan tantangan fiskal yang signifikan,” jelas Aviliani, dilansir Jumat (18/10).
Di sisi lain, dirinya juga mengungkit bagaimana perkembangan kualitas sumber daya manusia dari Indonesia. Ia menyoroti rendahnya skor Indonesia dalam Programme for International Student Assessment (PISA) dibandingkan dengan rata-rata negara-negara anggota dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Keterbatasan ini harus segera diatasi agar negara mampu beradaptasi dengan cepat terhadap kemajuan transformasi digital.
Sektor Digital Berpotensi Jadi Motor Ekonomi
Adapun Aviliani melihat ada peluang besar untuk pertumbuhan dalam sektor industri digital dari Indonesia. Menurutnya sektor tersebut menunjukkan perkembangan yang positif, terutama di sektor e-commerce, transportasi online, perjalanan, dan media.
Namun, tingkat investasi kecerdasan buatan (AI) per kapita nasuonal masih tertinggal dibandingkan negara-negara lainnya di Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada potensi besar untuk pertumbuhan di bidang teknologi.
Salah satu langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan efisiensi ekonomi adalah melalui pengembangan dari Ekosistem Logistik Nasional (NLE). Inisiatif ini bertujuan untuk menurunkan biaya logistik yang saat ini masih tinggi, dengan memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi di sektor ini.
Aviliani menekankan bahwa digitalisasi harus dipandang sebagai alat yang dapat mempercepat perkembangan di seluruh sektor ekonomi, bukan hanya sebagai sektor tersendiri. Dengan memanfaatkan teknologi digital secara optimal, Indonesia diharapkan dapat memperkuat daya saing ekonominya di masa depan.
Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Capai US$3,26 Miliar, BI : Kuat Topang Perekonomian RI
“Digitalisasi harus dipandang bukan sebagai sektor, tetapi menjadi alat yang mendorong akselerasi semua sektor dalam perekonomian” tutur Aviliani.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Aldi Ginastiar
Editor: Aldi Ginastiar