Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyoroti visi Presiden Prabowo untuk Swasembada Energi. Hal ini didukung oleh kekayaan sumber daya alam berlimpah yang dimiliki RI sebagai langkah mitigasi krisis energi yang diakibatkan oleh situasi global yang tidak menentu.
”Prabowo sudah menyatakan komitmennya untuk mencapai kedaulatan energi melalui pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan menggunakan sumber daya energi yang tersedia berlimpah. Sumber daya energi tersebut berupa kelapa sawit yang bisa menghasilkan solar dan bensin, tanaman lain seperti singkong, tebu, sagu, jagung, dan lain-lain. Indonesia juga juga punya energi panas bumi (geothermal), batu bara, energi tenaga air, angin, dan matahari,” ujarnya kepada Wartawan (Senin 21/10/2024).
Baca Juga: CPO Merangkak Naik Usai Prabowo Dilantik
Masalahnya kata Fami, Indonesia hingga kini belum memiliki dukungan teknologi yang memadai guna mengolah berbagai sumber daya yang ada.
” Pertamina sudah mengusahakan bio-diesel, yang merupakan percampuran solar dengan minyak sawit. Dimuilai dengan B-20 meningkat ke B-35, naik menjadi B-40. Lalu berhenti lantaran Eni, partner usaha dari Italia, menghentikan kerjasama dengan Pertamina. Pengembangan bio-diesel selain tidak dapat dicapai, program EBT berbasis sawit juga berpotensi bertabrakan dengan program pangan untuk menghasilkan minyak goreng,” lanjutnya.
Demikian juga dengan program gasifikasi, yang mengolah batu bara menjadi gas, juga mengalami kegagalan setelah Air Product, partner usaha dari Amerika Serikat hengkang dari Indonesia. Alasannya, gasifikasi dinilai tidak mencapai keekonomian lantaran harga pasar batubara berfluktuasi
Menurut Fahmu, untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan dalam mencapai swa-sembada energi, ada dua upaya yang harus dilakukan pemerintah. Pertama, menarik investor asing pemilik teknologi untuk bekerja sama dengan perusahaan energi dan BUMN dalam negeri. Strategi kedua adalah mengembangkan riset (R&D) di dalam negeri dengan menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan universitas-universitas Indonesia untuk menghasilkan teknologi yang dibutuhkan.
Upaya itu dibutuhkan komitmen jangka panjang karena R&D membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar. Komitmen Prabowo untuk mencapai swa-sembada energi harus ditindak-lanjuti oleh menteri-menteri terkait Kabinet Merah Putih secara konsiten dan berkelanjutan.
Baca Juga: Dukung Visi-Misi Prabowo-Gibran, Menteri Trenggono Tancap Gas Implementasikan Ekonomi Biru
”Tanpa upaya serius dan terus menerus, komitmen Prabowo yang disampaikan pada pidato perdana sebagai Presiden untuk mencapai swa-sembada energi tak lebih hanya omon-omon saja,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar