Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dekarbonisasi Industri Jadi Cara Tingkatkan Daya Saing Produk Domestik

        Dekarbonisasi Industri Jadi Cara Tingkatkan Daya Saing Produk Domestik Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Peningkatan komitmen global untuk mitigasi perubahan iklim mendorong standar keberlanjutan lebih tinggi dalam perdagangan internasional.

        Untuk menjaga daya saing produk domestik, Institute for Essential Services Reform (IESR) memandang pemerintah perlu mempercepat transisi energi ke energi terbarukan dan dekarbonisasi di sektor industri.

        Saat ini, kawasan Uni Eropa memperkenalkan kebijakan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) yang dijadwalkan berlaku secara resmi pada 2026. Melalui penerapan kebijakan ini, maka produk yang mempunyai jejak karbon tinggi akan dikenakan pajak tambahan.

        Beberapa komoditas yang pasti terdampak dari aturan CBAM ini adalah semen, pupuk, listrik, besi dan baja, dan aluminium. 

        Manajer Program Transformasi Sistem Energi IESR, Deon Arinaldo yang ditemui pada kesempatan terpisah di Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 menjelaskan bahwa pada 2022, konsumsi energi di Indonesia didominasi oleh sektor industri sebesar 43,90 persen.

        Baca Juga: IESR Nilai AMEM ke-42 Hasilkan Transisi Energi yang Setengah Hati di ASEAN

        Konsumsi energi yang tinggi tersebut menyebabkan emisi sektor industri meningkat hingga 30 persen, mencapai 400 juta ton setara karbon dioksida, dibandingkan tahun 2021. Deon menyatakan bahwa tanpa upaya dekarbonisasi untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2050, emisi sektor industri bisa meningkat dua kali lipat.

        “Dekarbonisasi kebutuhan energi panas industri dapat memangkas emisi secara signifikan, sehingga mengurangi jejak karbon sektor industri dan meningkatkan daya saing produk domestik. Saat ini, lebih dari 60 persen pelaku industri bersedia melakukan dekarbonisasi, asalkan pemerintah menunjukkan komitmen yang kuat dalam menciptakan lapangan tanding yang setara (level of playing field),” jelas Deon.

        Deon menambahkan bahwa pemerintah saat ini sedang menyusun peta jalan dekarbonisasi untuk sektor industri di Indonesia. IESR juga turut berperan dalam kajian peta jalan ini, terutama untuk industri ringan seperti tekstil, makanan dan minuman, otomotif, keramik, dan kaca.

        Menurut Deon, selain menyusun peta jalan dekarbonisasi, pemerintah perlu menetapkan strategi untuk menjadikan transisi energi dan dekarbonisasi sebagai bagian pertumbuhan industri, melihat ada potensi perubahan pasar seperti penggunaan ammonia sebagai bahan bakar pupuk maupun juga untuk energi.

        Baca Juga: Untuk Mencapai Kemandirian Energi, IESR Akan Sampaikan 5 Rekomendasi Kepada Pemerintah

        Ning Wilawati, Dewan Pakar Prabowo Gibran pada IETD 2024 sesi “Shifting Indonesia Economy and Industry Amidst Energy Transition” (5/11/2024) mengakui bahwa industri perlu didukung pertumbuhannya demi mewujudkan cita-cita Presiden mencapai pertumbuhan delapan persen. Dukungan yang diberikan dapat berupa penyediaan energi dengan biaya kompetitif dan lebih bersih untuk operasi industri.

        Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 merupakan IETD yang ketujuh semenjak pertama kali diadakan pada 2018. IETD 2024 berlangsung pada 4-6 November 2024 dengan tema “Mewujudkan Transisi Energi yang Berkeadilan dan Tertata”. IETD 2024 melalui 11 sesi dengan ragam topik dan format, menghadirkan 50 pembicara, panelis dan moderator nasional dan internasional. 

        Hasil dari IETD 2024 akan dirangkum dan dijadikan rekomendasi bagi pemerintah Prabowo-Gibran dalam menjalankan transisi energi yang berkeadilan dan mencapai tujuan kemandirian energi dalam lima tahun ke depan. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: