- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Di COP 29, Ketua Delegasi Indonesia Ungkap Bakal Tambah 75 GW EBT Hingga 2040
Ketua Delegasi Indonesia dalam Conference of the Parties (COP) 29 Hashim Djojohadikusumo menyatakan, dibawah kepemimpimpan Presiden Prabowo Subianto Indonesia mempertegas komitmennya dalam memenuhi perjanjian mitigasi iklim. Hal ini ia tegaskan saat membuka Paviliun Indonesia di COP 29, Baku Azerbaijan, Senin (11/11/2024).
Selain komit pada perjanjian yang telah ada, Hasjim menerangkan bahwa pada COP 29 kali ini Presiden Prabowo menawarkan salah satu gebrakan besar ke pada dunia di sektor transisi energi. Dalam 15 tahun ke depan akan ada penambahan kapasitas energi sebesar 100 Gigawatt (GW), di mana 75 GW akan berasal dari energi baru terbarukan (EBT).
“Ini mencakup 25 gigawatt tenaga angin, banyak gigawatt tenaga surya, tenaga air, tenaga panas bumi, dan tenaga nuklir, dan dari semua ini, 75 gigawatt akan berasal dari energi terbarukan, dan kami akan dapat mencapai ini dalam 15 tahun ke depan. Ini adalah komitmen kami, ini adalah komitmen dari pemerintahan baru,” ucap Hashim.
Selain itu kata Hashim, terdapat pula strategi lain dalam upaya mereduksi emisi karbon lewat implementasi Carbon Capture and Storage (CCS). Pemerintah Indonesia dalam hal ini siap bekerja sama dengan perusahaan multinasional seperti Exxon Mobil, British Petroleum, dan lain sebagainya yang berniat untuk berinvestasi di sektor tersebut.
Baca Juga: Hadiri COP 29, Pertamina Tegaskan Komitmen Dukung Transisi Energi Nasional
”Kami diberkahi dengan jumlah besar akuifer asin (saline aquifer) di seluruh kepulauan, baik di darat maupun di lepas pantai, dan kami memperkirakan bahwa kami memiliki kapasitas penyimpanan karbon sebesar 500 gigaton,” lanjut Hashim.
Indonesia jelas Hasjim juga telah memverifikasi 577 juta ton karbon untuk ditawarkan (carbon trade) ke pada dunia. Langkah ini disebut telah memiliki peminat salah satunya Kerjaan Norwegia yang menyatakan komitmen untuk membeli sebesar 30 juta ton CO2 dari Indonesia.
Pemerintah Indonesia, kata Hasjim, sangat menyambut baik pihak asing dan internasional untuk berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global. Pasalnya kata Hasjim dampak dari pemanasan global yang terjadi di Indonesia pada akhirnya juga akan dirasakan oleh masyarakat di belahan dunia lain.
"Kami akan memulai program ini, yang akan memakan waktu bertahun-tahun. Kami tidak bisa melakukannya dalam semalam. Ini akan membutuhkan pendanaan, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan," tutup Hashim.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: