Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensat) buka suara terkait dengan arah politik dalam lima tahun ke depan. Pihaknya mengatakan hal ini dipengaruhi kuat oleh Pilkada Jakarta 2024.
Hensat mengatakan hasil pesta demokrasi wilayah tersebut akan menentukan arah politik dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Jika Pilkada Jakarta hanya terjadi satu putaran maka itu menandakan bahwa ada tawaran "koalisi" untu PDIP dari Prabowo.
Baca Juga: Aliansi Pemuda Dayak: Usulan PDIP Agar Polri di Bawah Kemendagri Itu Tak Berdasar
"Putaran kedua kuncinya adalah bagaimana Prabowo ingin posisi PDI Perjuangan di pemerintahannya. Bila dia ingin PDIP bersama pemerintahannya, maka Pram-Rano dibiarkan menang," ujar Hensat kepada wartawan, Senin (2/12).
Sebaliknya, Hensa berpendapat jika terjadi putaran kedua di Pilkada Jakarta, maka itu juga bisa jadi tanda bahwa pemerintahan yang baru tidak lagi membutuhkan PDIP. Hal ini akan membuat partai tersebut menjadi satu-satunya parpol oposisi murni.
"Bila ingin sebaliknya, maka RK-Suswono akan dalam tanda kutip dipaksakan menang, sapu bersih Jawa, ini tentunya juga membuat PDI Perjuangan benar-benar menjadi parpol oposisi," kata Hensat.
Ada pun hasil penghitungan cepat dari berbagai lembaga survei memperlihatkan bahwa pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno yang diusung PDI Perjuangan masih unggul dibandingkan paslon yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju, Ridwan Kamil-Suswono.
Namun demikian, Hensa mengatakan, kemenangan paslon tak hanya ditentukan oleh rakyat, melainkan juga ada peran penyelenggara pemilu seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
"Saya tak ingin membuat asumsi macam-macam, tapi yang sudah-sudah KPU dan Bawaslu sangat menuruti pemerintah, semoga tidak terjadi hal yang tak diinginkan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar