Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menenangkan masyarakat untuk tidak khawatir pada inflasi, khususnya inflasi pangan jelang akhir tahun. Menurut dia, kondisi inflasi pangan akhir tahun 2024 diprediksi stabil dan tidak melonjak secara signifikan.
Di sisi lain, pemerintah menurut Arief telah mempunyai strategi tersendiri untuk mengendalikan pangan jelang akhir tahun 2024 agar tetap stabil.
"Sepanjang tahun telah kita implementasikan dan Bapak Presiden Prabowo pun telah menetapkan program pangan di 2 bulan pertama di 2025,” terang Arief di Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Untuk diketahui, terkait inflasi pangan, bulan November tercatat bertumbuh dari yang sebelumnya -0,11% menjadi 1,07%.
Sementara itu, strategi yang dimaksud di antaranya memberikan bantuan pangan beras dengan total 220 ribu ton ke 22 juta penerima bantuan pangan (PBP) di bulan Desember ini yang penyalurannya dilakukan oleh Bulog.
“Setelahnya akan terus lanjut lagi di Januari dan Februari 2025, sehingga akan dapat pengungkit pertumbuhan inflasi beras pula,” jelas Arief.
Arief yakin jika inflasi pangan tetap terkendali. Hal ini dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) di setiap akhir tahun dalam 3 tahun beruntun.
Baca Juga: Bursa Eropa Menguat, Pasar Soroti Perkembangan Inflasi
Tingkat inflasi komponen harga menurut BPS bergejolak secara bulanan. Hal tersebut didominasi oleh komoditas pangan pada Desember tahun lalu yang mengalami inflasi sebesar 1,42%.
Angka tersebut menurun apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2022 yang saat itu nilainya berada di 2,24%. Kemudian untuk November 2024 ini, angkanya membaik jadi 1,07%.
Arief pun menuturkan bahwa inflasi beras tiap akhir tahun tidak berubah banyak alias cenderung stabil dan tetap berada pada koridor aman sesuai acuan pemerintah. Pasalnya, pada akhir 2022 lalu, inflasi beras berada di angka 2,30% yang merupakan inflasi tertinggi sepanjang tahun. Beralih pada tahun 2023, inflasi beras berada di angka 0,48%. Sementara itu, di November 2024 ini beras mengalami deflasi di angka 0,45.
Pemerintah, imbuh Arief, yakin jika inflasi beras bakal stabil dan terkendali. Hal ini lantaran ada program bantuan pangan (banpang) beras yang mulai digulirkan di bulan Desember 2024. Program ini pun disebut akan berlanjut pada Januari dan Februari 2025 nanti.
Kendati demikian, ada beberapa justifikasi yang membuat jumlah PBP disesuaikan menjadi 16 juta untuk banpang beras di tahun 2025 nanti.
"Faktor pertama karena adanya penurunan persentase penduduk miskin," ucap Arief.
Hal tersebut diperkuat dengan data BPS yang menunjukkan jumlah penduduk miskin pada Maret 2024, yakni sebesar 25,22 juta orang, menurun sebesar 0,68 juta orang di bulan yang sama di tahun 2023.
Baca Juga: Inflasi Turun Jadi 1,55% di November 2024, BI Beberkan Penyebabnya
Langkah selanjutnya, untuk mewujudkan program yang tepat sasaran, Arief menyebut jika pemerintah akan menggunakan data desil 1 dan 2 plus lansia tunggal serta perempuan kepala keluarga (KK) miskin. Jumlah data tersebut dalam P2KE (Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem) tercacat sebanyak 14 juta.
Program lainnya yang bakal dilakukan di tahun 2025 mendatang yakni Makan Bergizi Gratis (MBG), serta program pengiring lain berupa Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras juga tetap akan dilaksanakan pemerintah di tahun depan.
"Targetnya pun ditambah menjadi 1,5 juta ton selama setahun. Dengan begitu, beras berkualitas baik dari Perum Bulog dengan harga terjangkau, dapat lebih mudah dijumpai masyarakat di pasaran," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: