Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Setelah Menumbangkan Sritex, Indo Bharat Rayon Bakal Semakin Kuat di Industri Tekstil

        Setelah Menumbangkan Sritex, Indo Bharat Rayon Bakal Semakin Kuat di Industri Tekstil Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex dinyatakan pailit setelah Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi yang diajukan oleh perusahaan tersebut. Putusan ini memperkuat keputusan Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang dalam perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg pada 21 Oktober 2024. 

        Seperti diketahui, putusan pailit ini dipicu oleh gugatan yang diajukan PT Indo Bharat Rayon (IBR), yang meminta pembatalan perdamaian (homologasi) karena kelalaian Sritex dalam memenuhi kewajiban pembayaran utang yang telah disepakati sebelumnya.

        PT Indo Bharat Rayon mengajukan pembatalan homologasi berdasarkan putusan PN Niaga Semarang nomor 12/Pdt.Sus-PKPU/2021.PN.Niaga.Smg tertanggal 25 Januari 2022. Gugatan ini diajukan setelah Sritex dinilai gagal memenuhi kewajiban pembayaran kepada IBR sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dalam proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Indo Bharat Rayon, sebagai kreditur utama, merasa dirugikan oleh kelalaian ini dan memanfaatkan jalur hukum untuk memastikan hak-haknya terpenuhi.

        Dalam urusan bisnis kedua belah pihak, IBR memainkan peran yang penting dalam rantai pasokan Sritex, terutama sebagai salah satu pemasok utama serat rayon. Ketergantungan Sritex pada IBR sangatlah tinggi, mengingat operasional pabrik rayon milik Sritex sendiri, yakni PT Rayon Utama Makmur (RUM), sering terganggu oleh persoalan limbah yang mendapat protes dari masyarakat. 

        Singkat cerita, ketika Sritex gagal memenuhi kewajiban pembayaran, IBR menggunakan posisi strategisnya sebagai kreditur untuk mengajukan gugatan pembatalan perdamaian, yang akhirnya berujung pada status pailit Sritex.

        Baca Juga: Kasasi Pailit Ditolak, Bos Sritex Akui Bakal Tempuh Langkah Ini

        Dengan adanya keputusan pailit, Sritex kini menghadapi likuidasi aset dan restrukturisasi besar-besaran. Peran Indo Bharat Rayon dalam proses ini menjadi sangat besar, mengingat gugatan yang mereka ajukan memicu rangkaian peristiwa hukum yang berujung pada status pailit. Langkah hukum ini menunjukkan bahwa IBR tidak hanya berperan sebagai pemasok utama, tetapi juga memiliki kekuatan strategis dalam menentukan nasib mitra bisnisnya yang gagal memenuhi kewajiban keuangan.

        Kasus ini juga mengungkap pentingnya pengelolaan hubungan bisnis dan keuangan yang sehat, terutama di sektor tekstil yang sangat kompetitif. Keputusan Indo Bharat Rayon untuk menempuh jalur hukum menunjukkan ketegasan perusahaan dalam melindungi kepentingannya, sekaligus mempertegas posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri ini.

        Sementara Sritex menghadapi masalah besar, Indo Bharat Rayon terus memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam industri tekstil global. Dengan kapasitas produksi yang besar dan pasar yang luas, IBR diperkirakan akan terus menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan tekstil internasional. 

        Ke depan, Indo Bharat Rayon diperkirakan akan terus memainkan peran penting dalam industri tekstil Indonesia, baik sebagai produsen utama serat rayon maupun sebagai pemimpin dalam keberlanjutan dan inovasi. Nasib Sritex, sementara itu, menjadi pelajaran penting tentang risiko kelalaian finansial dalam dunia bisnis.

        Baca Juga: Sritex Ditetapkan Pailit, Bos BNI Beri Penjelasan Soal Utang Rp 374 miliar

        Profil PT Indo Bharat Rayon

        PT Indo Bharat Rayon adalah bagian dari konglomerasi Aditya Birla Group asal India. Berdiri sejak 1980 dan beroperasi di Purwakarta, Jawa Barat, perusahaan ini memelopori produksi viscose staple fiber (VSF) di Indonesia. Kapasitas produksi awal IBR sebesar 16.500 ton per tahun (tpa) kini telah berkembang menjadi lebih dari 200 ribu tpa, menjadikannya salah satu produsen VSF terbesar di dunia yang beroperasi di satu lokasi.

        Selain memproduksi serat rayon, IBR juga memproduksi bahan kimia seperti natrium sulfat anhidrat dan asam sulfat yang digunakan dalam berbagai industri, termasuk deterjen, kaca, dan tekstil. Produk IBR tidak hanya mendominasi pasar domestik tetapi juga diekspor ke berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Korea. Perusahaan ini juga dikenal dengan komitmennya terhadap keberlanjutan melalui teknologi pengolahan air limbah dan sistem pembuangan limbah yang canggih.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: