Pemimpin Agama Ukraina: Serukan Kedamaian untuk Perayaan Natal di Tengah Invasi
Perayaan Natal di Ukraina tahun ini kembali berlangsung dalam situasi penuh tantangan akibat invasi Rusia. Di tengah serangan udara yang terus terjadi, rakyat Ukraina tetap menunjukkan semangatnya meski dihadapkan pada penderitaan yang mendalam.
Seperti tahun sebelumnya, di tengah perayaan Natal, ancaman rudal terus menghantui, merobohkan rumah, melumpuhkan infrastruktur, hingga menghancurkan tempat suci.
Ukraina berjuang di tengah duka, memanggil dunia untuk bersatu dan peduli.
“Dalam situasi Natal, setiap pagi kami terbangun dengan suara sirene yang memaksa kami mencari perlindungan. Meski gereja kami rusak, keluarga kami hilang, doa dan harapan kami untuk perdamaian tidak pernah padam,” ujar Cyril Hovoru Pendeta dari Ukraina pada Senin (23/12).
Hovoru sebagai Pendeta dan warga Kyiv yang mengikuti misa Natal di Katedral St. Nicholas menjelaskan bahwa gereja itu sempat rusak akibat reruntuhan rudal pada Desember lalu. Reruntuhan kaca besar yang hancur dan gereja yang penuh dengan bekas tembakan. Meski demikian, jemaat tetap memadati gereja untuk mengikuti misa terakhir sebelum Natal.
“Selain masalah keamanan, suasana Natal di Ukraina harus dilalui dengan jemaat yang menghadapi masalah psikologis. Mereka membutuhkan bantuan psikologis, kecemasan dan kemarahan menghalangi warga Ukraina untuk merayakan hari Natal dengan ketenangan batin,” katanya.
Hovoru juga menerangkan bahwa di Komyshuvakha pada Paskah tahun lalu. Gereja hancur akibat serangan rudal pada malam Paskah.
Tidak hanya umat Kristen, komunitas Muslim di Ukraina juga mengalami nasib serupa. Pada September 2024, Pusat Kebudayaan Islam di Kyiv menjadi sasaran serangan Rusia yang merusak bangunan dan masjidnya.
“Serangan ini adalah pengingat bagi kami bahwa kejahatan perang tidak memandang agama atau keyakinan. Meskipun Vladimir Putin mengklaim melindungi agama, kenyataannya orang-orang beriman di Ukraina dibunuh, dilukai, mengalami trauma psikologis, dan tempat ibadah mereka dihancurkan.” ujar Refat Chubarov, Ketua Mejlis Rakyat Tatar Krimea, saat ditemui dalam kunjungannya di Jakarta, (20/12/24).
Meski menghadapi penderitaan yang mendalam, rakyat Ukraina tetap berpegang pada harapan.
“Kami membutuhkan kedamaian, bukan hanya untuk Natal tetapi untuk setiap hari sepanjang tahun,” kata Hovoru.
Para pemimpin agama di Ukraina menekankan bahwa perdamaian adalah kebutuhan yang mendesak bagi semua umat beragama di Ukraina.
Natal tahun ini menjadi pengingat bagi dunia tentang keteguhan hati dan solidaritas di tengah kehancuran, serta harapan yang terus hidup meskipun di tengah kegelapan.
“Kami percaya, meskipun perang ini menguji iman kami, Tuhan tetap bersama kami,” ujar Hovoru.
Di tengah suasana Natal yang suci, Ukraina masih menghadapi tantangan besar akibat invasi. Natal di Ukraina kali ini bukan sekadar perayaan, tetapi seruan kepada seluruh bangsa untuk bersatu dan berjuang bersama mewujudkan perdamaian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: