Suksesnya Gudang Garam, Bisnis Tembakau di Zaman Surya Wonowidjojo hingga Bangun Jalan Tol di Zaman Susilo Wonowidjojo

Sosok Susilo Wonowidjojo menjadi sorotan publik setelah perusahaan miliknya, PT Gudang Garam, ikut serta dalam pembangunan Jalan Tol Kediri-Tulungagung.
Berdasarkan Surat Menteri nomor PB 0201-Mn/2954 tanggal 14 Desember 2023, PT Gudang Garam telah ditetapkan sebagai pemenang lelang pengusahaan Jalan Tol Kediri-Tulungagung sepanjang 44,17 Km.
Melansir laman SIMPULKBPU, Jalan Tol Kediri-Tulungagung merupakan proyek Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Unsolicited yang diusulkan oleh PT Gudang Garam. Proyek ini merupakan kelanjutan dari Jalan Tol Kertosono-Kediri dan termasuk dalam Proyek Strategis Nasional sesuai dengan Perpres No. 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan, Kawasan Bromo-Tengger-Semeru, serta Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan.
Keputusan PT Gudang Garam menjadi menarik mengingat sektor industri tembakau di Indonesia sedang mengalami sentimen negatif akibat kenaikan cukai hasil tembakau (CHT). Dari kacamata optimis, hal ini bisa menjadi diversifikasi yang baik.
PT Gudang Garam, yang didirikan pada tahun 1958, dikenal sebagai salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Produknya tidak hanya populer di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Saat ini, perusahaan tersebut dipimpin oleh Susilo Wonowidjojo, yang menggantikan ayahnya, Surya Wonowidjojo, sang pendiri PT Gudang Garam.
Perjalanan PT Gudang Garam hingga mencapai kesuksesan seperti sekarang ini tidaklah mudah. Awalnya, Susilo Wonowidjojo dan keluarganya bermigrasi dari Cina ke Indonesia dan menetap di Sampang, Madura, Jawa Timur. Setelah ayahnya meninggal, Susilo pindah ke Kediri dan tinggal bersama pamannya. Di sana, ia mulai mempelajari industri rokok dengan bekerja di pabrik milik pamannya, "Tjap 93". Berkat kerja kerasnya, Susilo akhirnya dipercaya menjadi direktur di pabrik tersebut.
Namun, hubungan antara Susilo dan pamannya retak akibat perselisihan mengenai pembagian saham. Susilo pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari Tjap 93, diikuti oleh 50 karyawan yang setia kepadanya.
Bersama 50 karyawan, Susilo mendirikan bisnis rokok baru bernama "Inghuwe". Awalnya, bisnis ini hanya berskala rumahan, tetapi berkat strategi pemasaran yang baik melalui jalur distribusi Tjap 93, bisnisnya mulai berkembang pesat.
Pada tahun 1958, Susilo mengganti nama perusahaannya menjadi "Gudang Garam" dengan produk pertama yang diluncurkan adalah "Gudang Garam Kuning".
Meskipun sempat mengalami krisis karyawan di pertengahan tahun 1960-an akibat krisis politik di Indonesia, Gudang Garam terus bangkit dan mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1966. Saat itu, perusahaan ini menjadi produsen rokok terbesar di Indonesia dengan ribuan karyawan dan produksi mencapai 50 juta batang per bulan.
Setelah Surya Wonowidjojo meninggal pada 28 Agustus 1985, kepemimpinan PT Gudang Garam beralih ke tangan Susilo Wonowidjojo. Di bawah kepemimpinannya, Gudang Garam berhasil menyumbang 80% perekonomian Kota Kediri. Pada periode 2019-2021, perusahaan ini bahkan mampu membayar cukai sebesar Rp238 triliun.
Data Forbes pada akhir 2024 mencatat kekayaan pribadi Susilo Wonowidjojo mencapai $2,9 miliar dan menjadi orang terkaya ke-23 se-Indonesia. Pada 2018 lalu, kekayaan Susilo Wonowidjojo bahkan mencapai $9,6 miliar.
Pada tahun 2024 lalu, PT Gudang Garam sebenarnya mengalami penurunan kinerja keuangan yang cukup tajam. Pada semester pertama tahun lalu, perusahaan hanya mencatat pendapatan sebesar Rp50,1 triliun atau turun 10,44% dibandingkan periode sebelumnya. Laba usaha juga turun 64,38% menjadi Rp1,61 triliun, sementara laba bersih merosot 71,85% menjadi Rp925,51 miliar.
Penurunan kinerja keuangan PT Gudang Garam tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kenaikan tarif cukai rokok, menurunnya daya beli masyarakat, dan volume penjualan yang berkurang.
Di tengah tantangan tersebut, PT Gudang Garam justru menjadi inisiator proyek Tol Kediri-Tulungagung. Hal ini tentu bukanlah langkah keliru. Bahkan, jika proyek tol ini berhasil, maka langkah ini menjadi pembuktian bagi Susilo Wonowidjojo yang mampu mengembangkan Gudang Garam lebih dari industri tembakau.
Pada tanggal 12 Februari 2024, PT Gudang Garam (Tbk) telah membentuk dan mendirikan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) bernama PT Surya Sapta Agung Tol.
Proyek ini memulai konstruksi pada Kuartal II tahun 2024 dan ditargetkan beroperasi pada Kuartal III tahun 2025. Nantinya, Jalan Tol Kediri-Tulungagung terdiri dari Akses Tol Bandara Dhoho sepanjang 6,82 Km dan Main Road (Seksi 1 + Seksi 2) Kediri-Tulungagung sepanjang 37,35 Km (termasuk Jalan Akses).
Biaya investasi pembangunan jalan tol ini sebesar Rp9,92 triliun dengan masa konsesi 50 tahun terhitung sejak penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: