Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Efek Trump, Ekspor Korea Selatan Tertekan di Februari 2025

        Efek Trump, Ekspor Korea Selatan Tertekan di Februari 2025 Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Korea Selatan baru-baru ini mengumumkan data perekonomian terbaru mereka untuk periode dari Februari 2025. Tercatat, ekspor negara tersebut jauh dari ekspektasi pasar dan hanya tumbuh 1,0%.

        Dilansir dari Reuters, Minggu (2/3), Kementerian Perdagangan Korea Selatan mengumumkan bahwa pengiriman barang menuju luar negeri tumbuh hingga US$52,60 miliar di Februari 2025. Namun, pertumbuhan tersebut sebagian besar disebabkan oleh perbedaan waktu perayaan dari Tahun Baru Imlek. Jika disesuaikan dengan jumlah hari kerja, ekspor sebenarnya turun 5,9%.

        Baca Juga: Melawan Tarif Impor, Upaya Korea Selatan Lobi Donald Trump

        Data Ekspor Korea Selatan berdasarkan negara tujuan menunjukkan bahwa pihaknya mencatatkan penurunan ekspor terbesar ke China dan Uni Eropa. Capaian ekspor turun hingga 1,4% dan 8,1%.

        Sementara berdasarkan produk, pemerintah mengumumkan bahwa capaian ekspor semikonduktor turun hingga 3,0%. Sementara ekspor baja tertekan hingga 4,4%. Adapun sektor otomotif naik hingga 17,8%.

        Adapun Impor Korea Selatan hanya naik 0,2% menjadi US$48,30 miliar. Capaian tersebut menghasilkan surplus perdagangan sebesar US$4,30 miliar di Februari 2025.

        Penurunan ekspor ini tidak terlepas dari sejumlah faktor seperti pasar yang tengah lemah hingga  perang dagang global yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

        Baca Juga: Terakreditasi Paripurna, Raksasa Farmasi Korea Selatan Daewoong Perkuat Bisnisnya di Indonesia

        Data ini menjadi  laporan perdagangan bulanan pertama sejak adanya penerapan serangkaian tarif baru, khususnya untuk China. Trump diketahui telah menerapkan tarif 10% untuk negara tersebut, bahkan berencana menambah kembali tarif itu hingga 01%.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: