Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Agar Eksis, E-Commerce Harus Adaptif dengan Tantangan

        Agar Eksis, E-Commerce Harus Adaptif dengan Tantangan Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Adaptasi, efisiensi, dan inovasi adalah kunci bagi industri e-commerce untuk bertahan dan meningkatkan daya saing secara berkelanjutan, serta memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional. 

        Untuk memastikan industri e-commerce tetap menjadi pilar pertumbuhan ekonomi digital, regulator harus mengedepankan kebijakan yang tidak hanya memberikan kepastian hukum tetapi juga mendukung inovasi, investasi, dan efisiensi operasional.

        Pandangan itu dikemukakan Ketua Umum IDEA Hilmi Adrianto dalam focus group discussion (FGD) bertema "Menelaah Masa Depan Industri E-Commerce Indonesia", yang diselenggarakan Asosiasi E-Commerce Indonesia (IDEA) di Jakarta, Jumat (14/3).

        Baca Juga: Kemenekraf Siap Berkolaborasi Kembangkan Industri E-Commerce

        “Dalam lanskap digital yang sangat dinamis dan terus berkembang, industri e-commerce tidak hanya menghadapi peluang besar tetapi juga tantangan yang semakin kompleks,” ujarnya.

        Hilmi menambahkan, regulasi yang terlalu kaku dan mengatur operasi secara mikro berpotensi membatasi fleksibilitas industri dalam merespons perkembangan pasar yang dinamis. 

        Sebaliknya, kebijakan berbasis prinsip adaptabilitas dan efisiensi akan menciptakan ekosistem bisnis yang sehat dan kompetitif, sangat diperlukan agar industri dapat terus berkembang secara berkelanjutan.

        Regulator, lanjut dia, memiliki peran strategis dalam menyeimbangkan pertumbuhan industri dengan perlindungan konsumen serta persaingan usaha yang sehat.

        “Dengan memberikan ruang bagi industri untuk tumbuh secara organik, sambil tetap memastikan adanya transparansi dan persaingan usaha yang sehat, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam ekonomi digital global,” tambahnya.

        Baca Juga: Siapkan Dana CN¥380 Miliar, Raksasa E-commerce China Siap Kuasai Industri AI

        Hillmi menambahkan, regulasi yang mendukung inovasi tidak hanya akan mempercepat pertumbuhan industri e-commerce, tetapi juga membuka lebih banyak peluang bagi UMKM dan pelaku usaha lokal untuk berkembang di era digital.

        Soal regulasi yang adaptif dan progresif memainkan peran krusial dalam mendorong pertumbuhan industri e-commerce Indonesia turut mendapat dukungan dari Direktur Eksekutif Indonesia Services Dialogue (ISD) Council, Devi Ariyani.

        Menurut dia, regulasi yang terlalu ketat dan tidak fleksibel dapat menghambat fleksibilitas pelaku usaha dalam beradaptasi dengan perubahan pasar. Alih-alih membatasi ruang gerak industri, kebijakan seharusnya dirancang untuk menciptakan level playing field, memberikan kesempatan yang setara bagi semua pelaku usaha, baik skala besar maupun kecil, tanpa menghambat inovasi dan ekspansi bisnis.

        "Negara perlu memilah di mana ia benar-benar harus hadir, seperti dalam perlindungan konsumen dan pencegahan praktik bisnis yang tidak sehat. Namun, aspek lain seperti inovasi model bisnis dan efisiensi operasional sebaiknya dibiarkan berkembang secara alami melalui mekanisme pasar," ujar Devi.

        Baca Juga: Cerita Chris Xu, Karyawan SEO Specialist yang Sukses Bangun SHEIN jadi Raksasa E-Commerce Fashion

        Sementara itu, Direktur Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa Kementerian Perdagangan, Rifan Ardianto, mengungkapkan bahwa nilai transaksi e-commerce pada tahun 2024 mencapai Rp 512 triliun, meningkat 12,7% dibandingkan tahun sebelumnya.

        Sementara itu, jumlah pengguna e-commerce terus meningkat dan diperkirakan mencapai 65,65 juta orang pada tahun yang sama, naik 12% dari tahun sebelumnya.

        Namun, di balik pertumbuhan ini, industri masih menghadapi berbagai tantangan besar, seperti minimnya pemahaman UMKM terhadap pemasaran digital dan akses informasi, serta belum meratanya infrastruktur logistik dan pembayaran digital, terutama di luar Pulau Jawa.

        Baca Juga: Tak Hanya Usaha Kecil, Menteri Maman Jelaskan Cakupan Ekosistem Bisnis UMKM

        Menurut Ekonom Senior Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, e-commerce bukan hanya sebuah pasar digital, tetapi juga ekosistem yang melibatkan berbagai sektor seperti logistik, sistem pembayaran, pemasaran digital, dan pelaku usaha dalam berbagai skala.

        “Teknologi terus mendisrupsi model bisnis lama, dan pemain yang gagal beradaptasi akan tersingkir. Tidak ada jaminan bahwa mereka yang besar hari ini akan tetap bertahan besok. Adaptasi dalam bentuk inovasi di logistik bisa menjadi pilihan bagi pelaku e-commerce dengan menawarkan biaya logistik yang rendah. Hal ini mengingat konsumen Indonesia yang price sensitive," tambahnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Belinda Safitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: