Cerita Chris Xu, Karyawan SEO Specialist yang Sukses Bangun SHEIN jadi Raksasa E-Commerce Fashion

Chris Xu, laki-laki kelahiran 1984 dari Provinsi Shandong, China, adalah sosok di balik kesuksesan salah satu platform e-commerce fashion terbesar di dunia saat ini, SHEIN.
Setelah lulus dari Qingdao University of Science and Technology pada tahun 2007, Xu memulai karier profesionalnya pada tahun 2008 di sebuah perusahaan konsultan pemasaran terintegrasi, Nanjing Aodao Information Technology Co.
Di perusahaan tersebut, Xu menangani bagian pekerjaan Search Engine Optimization (SEO), yang kelak menjadi fondasi bagi kesuksesan bisnisnya.
Selama bekerja di Nanjing Aodao, Xu menyadari potensi besar dalam menjual produk-produk China ke pasar internasional dengan margin keuntungan tinggi. Ia juga berhasil mengidentifikasi hambatan utama yang dihadapi pelanggan internasional, seperti kesulitan dalam konversi mata uang.
Hal tersebut mendorongnya untuk mengambil langkah berani bersama dua temannya. Xu dan teman-temannya memutuskan untuk meninggalkan perusahaan tersebut dan fokus membangun bisnis sendiri.
Pada awal berdirinya, SHEIN menggunakan nama ZZKKO. Mereka memulai dengan menjual gaun pengantin, produk yang saat itu sangat diminati oleh pasar global. Dengan modal yang diperoleh dari penjualan ini, Xu mulai mengembangkan SheInside, yang kemudian dikenal sebagai SHEIN.
Awalnya, SheInside berfokus pada pakaian wanita dengan harga yang murah. Xu memanfaatkan keahliannya di bidang SEO untuk mempromosikan produk secara online dan menjangkau pelanggan di berbagai belahan dunia.
Seiring waktu, SheInside berkembang pesat dan memperluas jangkauan produknya. Pada tahun 2015, perusahaan ini resmi berganti nama menjadi SHEIN. Perubahan nama ini dilakukan untuk memudahkan pengenalan dan pencarian di internet, sekaligus ingin menunjukkan ekspansi bisnisnya yang tidak hanya pakaian wanita.
Salah satu kunci kesuksesan SHEIN adalah rantai pasokan yang efisien, yang memungkinkan perusahaan untuk memproduksi dan mendistribusikan produk dengan cepat ke pelanggan di lebih dari 150 negara. Pada tahun 2014, SHEIN mengakuisisi Romwe, sebuah pengecer e-commerce China, yang semakin memperkuat posisinya sebagai perusahaan ritel terintegrasi.
Pada tahun 2016, SHEIN memiliki tim yang terdiri dari 800 desainer dan pembuat prototipe yang memproduksi pakaian di bawah merek mereka sendiri. Hal ini menandai peralihan SHEIN dari model bisnis dropshipping menjadi pengecer lengkap yang mengontrol seluruh proses produksi dan distribusi.
Pandemi COVID-19 pada tahun 2020 menjadi momentum penting bagi SHEIN. Dengan meningkatnya belanja online akibat lockdown dan pembatasan sosial, SHEIN mengalami lonjakan permintaan yang besar. Perusahaan ini tidak hanya memperluas jangkauan produknya untuk mencakup pakaian, aksesori, dan produk kecantikan, tetapi juga menjadi merek fashion online terbesar di dunia pada tahun 2021.
Pada tahun 2022, SHEIN dilaporkan menghasilkan pendapatan sebesar 2 miliar, lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya, dengan valuasi perusahaan mencapai USD66 miliar.
Menurut data dari ECDB, Amazon dan Walmart adalah dua retailer fashion online terbesar di Amerika Serikat, dengan penjualan online apparel masing-masing mencapai USD12,3 miliar dan USD8,9 miliar pada tahun 2023. Namun, SHEIN, yang baru memasuki pasar AS sekitar tahun 2017 telah berhasil menjadi posisi ketiga dengan penjualan USD8,1 miliar. Merek ini menyalip retailer legendaris seperti Macy's dan Nike.
Strategi SHEIN yang menawarkan fast fashion dengan harga sangat terjangkau dan terus memperbarui produknya secara berkala telah membuatnya menjadi pesaing kuat di pasar AS. Pada tahun 2022, SHEIN memindahkan kantor pusatnya ke Singapura untuk memperluas jangkauan globalnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement