Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kini Pindah ke Filipina, Ini Kisah Sukses Henry Soesanto Bersama Monde Nissin

        Kini Pindah ke Filipina, Ini Kisah Sukses Henry Soesanto Bersama Monde Nissin Kredit Foto: Bangkok Post
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Monde Nissin Corporation adalah salah satu perusahaan makanan dan minuman multinasional ternama asal Filipina. Beberapa produknya, seperti wafer Nissin sangat dikenal masyarakat Indonesia.

        Namun, siapa yang mengira bahwa wafer Nissin ternyata merupakan hasil karya seorang kelahiran Indonesia, Henry Soesanto. 

        Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini berkembang pesat, menciptakan berbagai produk terkenal seperti biskuit, mi instan "Lucky Me!", hingga makanan berbasis nabati melalui akuisisi Quorn. 

        Henry Soesanto lahir di Indonesia pada tahun 1952. Masa mudanya penuh tantangan ketika ayahnya mengalami kebangkrutan, memaksanya berhenti kuliah untuk membantu keluarga dengan berjualan bumbu dan gula. Namun, ia berjanji pada ayahnya yang sakit untuk melanjutkan pendidikan. Pada 1975, Soesanto berhasil meraih gelar insinyur kimia.

        Awal kariernya dimulai di bisnis biskuit keluarga Darmono di Indonesia. Untuk memperdalam pengetahuannya, ia dikirim ke Liverpool, Inggris, untuk mempelajari pembuatan biskuit. Pada 1981, setelah menikah dengan Monica Darmono, putri pendiri Monde Nissin, Hidayat Darmono, Soesanto pindah ke Filipina untuk mengelola pabrik biskuit milik mertuanya di Santa Rosa, Laguna.

        Monde Nissin didirikan pada 23 Mei 1979 dengan nama awal Monde Denmark Nissin Biscuit Corporation. Produk pertamanya adalah Nissin Butter Coconut dan Nissin Wafer. Di bawah kepemimpinan Soesanto, perusahaan berkembang pesat. Pada 1989, Monde Nissin meluncurkan mi instan "Lucky Me!", yang kemudian menjadi salah satu merek mi instan terpopuler di Filipina.

        Selain itu, Soesanto terus melakukan inovasi dan ekspansi. Salah satu langkah strategisnya adalah akuisisi Quorn, produsen daging alternatif berbasis nabati asal Inggris, pada 2015. Langkah ini sejalan dengan gaya hidup vegan yang dijalani Soesanto sejak usia 40-an, sekaligus mencerminkan komitmen perusahaan terhadap makanan sehat dan berkelanjutan.

        Baca Juga: Pemprov Jabar Gandeng TNI dan BMKG untuk Lindungi Ekosistem Sungai dan Laut

        Pada 2021, Monde Nissin mencapai tonggak sejarah dengan melakukan penawaran umum perdana (IPO) terbesar di Filipina, mengumpulkan dana sebesar $1,1 miliar. Dana ini digunakan untuk ekspansi bisnis, termasuk pengembangan Quorn di pasar AS.

        Namun, pada 2024, perusahaan menghadapi tantangan ketika unit bisnis Quorn mencatatkan penurunan nilai sebesar $126 juta akibat kerugian yang berkelanjutan. Meski demikian, Soesanto dan keluarganya tetap berkomitmen mendukung bisnis ini, menunjukkan keyakinan mereka terhadap masa depan makanan alternatif.

        Selain itu, pada 2023, Monde Nissin mengakuisisi 15% saham The Figaro Coffee Group, yang menaungi merek seperti Figaro Coffee, Angel's Pizza, dan Tien Ma's Taiwanese Restaurant. Langkah ini menandai ekspansi perusahaan ke sektor layanan makanan.

        Baca Juga: Cerita Eka Tjipta Widjaja Memulai Produksi Minyak Goreng Bimoli, Sebelum Kini Milik Salim Group

        Baca Juga: Mengenal Equil, Air Minum dari Sukabumi yang 'Mahal' dan Mendunia

        Berkat kerja kerasnya, Henry Soesanto berhasil membawa Monde Nissin menjadi perusahaan makanan terkemuka. Pada Agustus 2024, kekayaannya mencapai $475 juta dan menjadikannya sebagai salah satu 50 orang kaya di Filipina, tepatnya di urutan sekitar ke-28.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: