Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Emas Melonjak, Bagaimana Dampaknya ke Saham Tambang?

        Harga Emas Melonjak, Bagaimana Dampaknya ke Saham Tambang? Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Harga emas dunia kembali mencetak rekor penutupan tertinggi dengan menembus level di atas US$3.300 per troy ons untuk pertama kalinya. Kenaikan ini dipicu oleh pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat, di mana indeks dolar (DXY) turun ke bawah angka 100 dan ditutup pada level 99,26.

        Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, menilai bahwa ketidakpastian pasar global menjadi pendorong utama penguatan harga emas.

        “Dengan ketidakpastian yang masih tinggi, harga emas masih berpotensi menguat dalam jangka pendek,” ujar Rully dalam paparannya di Jakarta, Kamis (17/4/2025).

        Baca Juga: Trump Panaskan Perang Dagang, Harga Emas Diproyeksikan Bisa Capai US$3.500

        Lonjakan harga emas turut mendorong kinerja saham emiten pertambangan logam mulia, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), yang kemarin menguat 3,5 persen ke level Rp1.925 per saham. Secara year-to-date (YTD), saham ANTM telah mencatatkan kenaikan hingga 26,2 persen. Mirae Asset masih merekomendasikan saham ANTM sebagai salah satu pilihan terbaik di tengah kondisi pasar saat ini.

        Rully menambahkan, kenaikan harga emas sepanjang tahun lalu turut menjadi faktor penting dalam menopang kinerja ekspor nasional.

        “Ini berkontribusi besar terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia yang telah terjadi selama 58 bulan berturut-turut,” jelasnya.

        Baca Juga: Investor, Siap-Siap! Harga Emas Bakal Sentuh Rp2 juta

        Lebih lanjut, Rully memproyeksikan bahwa dalam jangka panjang, harga emas akan sangat dipengaruhi oleh dinamika geopolitik global, permintaan dari bank sentral dunia, serta eskalasi konflik dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

        Sementara itu, harga minyak mentah jenis Brent juga menunjukkan tren penguatan dalam beberapa hari terakhir. Pada penutupan perdagangan kemarin, Brent tercatat naik menjadi US$65,2 per barel. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran, serta diskusi negara-negara OPEC mengenai rencana pemangkasan produksi minyak.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: