Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Bank Dunia (World Bank) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode 2025 hingga 2027. Dalam laporan bertajuk East Asia and Pacific Economic Update, lembaga tersebut memperkirakan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional hanya akan mencapai 4,8 persen per tahun, lebih rendah dibandingkan prediksi sebelumnya.
Penurunan proyeksi ini disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain ketidakpastian kebijakan perdagangan global, arus keluar modal asing yang meningkat, serta perlambatan pertumbuhan produktivitas domestik. Bank Dunia mengingatkan bahwa ketidakpastian ini bisa memperlambat investasi dan memperburuk prospek pertumbuhan ke depan.
"Kemampuan Indonesia untuk menjaga pertumbuhan akan sangat bergantung pada keberhasilan reformasi struktural, penguatan sektor investasi, serta kebijakan fiskal dan moneter yang berhati-hati," tulis Bank Dunia dalam laporannya.
Baca Juga: Sulap Sampah Jadi Energi, AHY Gandeng World Bank dan IFC
Meski menghadapi tantangan eksternal dan internal, konsumsi domestik diperkirakan tetap menjadi motor penggerak utama ekonomi Indonesia. Belanja masyarakat yang sempat meningkat karena momentum pemilu berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi di angka 5,0 persen pada 2024, di tengah pelemahan kinerja ekspor akibat penurunan harga komoditas global.
Sektor jasa juga menunjukkan ketahanan, meskipun sektor manufaktur mengalami pelemahan, tercermin dari peningkatan pemutusan hubungan kerja sebesar 20,2 persen di awal 2025.
Bank Dunia mencatat bahwa inflasi nasional terus melandai. Setelah mencapai 3,7 persen pada 2023, inflasi turun menjadi 2,3 persen sepanjang 2024, didukung oleh pemulihan sektor pertanian dan kebijakan subsidi listrik sementara.
Kenaikan upah riil sebesar 3,3 persen sepanjang 2024 juga berhasil menurunkan angka kemiskinan. Tingkat kemiskinan berdasarkan standar internasional ($3,65 PPP per hari) turun sebesar 1,9 poin persentase, menjadi 15,6 persen pada 2024.
Namun Bank Dunia memperingatkan bahwa angka kemiskinan masih rentan terhadap gejolak harga komoditas dan tekanan fiskal di masa mendatang.
Baca Juga: AS Kritik Bank Dunia dan IMF: Mereka Telah Menyimpang dari Mandat Aslinya!
Di sisi lain, Bank Dunia menyoroti tantangan jangka panjang yang dihadapi Indonesia, yaitu rendahnya rasio penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto (PDB). Pada 2024, rasio tersebut hanya mencapai 12,7 persen, terendah di antara negara-negara berpenghasilan menengah.
Keterbatasan ruang fiskal ini berpotensi menghambat upaya pemerintah dalam membiayai program pembangunan, termasuk target ambisius untuk mencapai status negara berpenghasilan tinggi pada 2045.
Bank Dunia menekankan bahwa untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang, Indonesia perlu mempercepat reformasi di sektor keuangan, perdagangan, dan investasi, serta memperluas basis penerimaan negara.
Ke depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap moderat di kisaran 4,8 hingga 5,0 persen per tahun. Inflasi diproyeksi stabil di angka sekitar 2,6 persen, sementara defisit fiskal diperkirakan bertahan pada level -2,7 persen dari PDB.
Tingkat kemiskinan pun diproyeksi terus menurun, dengan target mencapai 11,5 persen pada 2027, seiring dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan peningkatan pendapatan riil masyarakat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: