Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Keputusan pemerintah yang menghentikan pengenaan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) untuk produk benang filamen asal China mendapat penolakan dari Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI). APSyFI bersikukuh meminta BMAD harus tetap dilakukan.
Akan tetapi keputusan pemerintah tersebut justru mendapat dukungan dari 101 perusahaan tekstil. Hal ini diungkapkan pelaku industri benang asal Bandung, Amril Firdaus, yang mengapresiasi langkah pemerintah tidak melanjutkan atau menolak BMAD benang POY dan DTY.
“Sekali lagi kami 101 Perusahaan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Presiden RI, Bapak Prabowo dan jajaran kementeriannya terutama Menteri Perdagangan Bapak Budi Santoso yang telah berani dan tegas membela perusahaan padat karya,” ujarnya.
Menyikapi pernyataan dari APSyFI yang menyatakan bahwa akan ada PHK massal apabila pemerintah menolak BMAD, Amril dengan tegas menyatakan, itu tidak benar.
"Yes Definitely! Mereka bukanlah perusahaan padat karya. Mereka selalu memaksakan BMAD POY DTY diberlakukan karena mereka tidak mau mengganti mesin-mesinnya kemudian menuduh Dumping, padahal alasan yang sebenarnya adalah seluruh anggota APSyFI mesinnya tua-tua,” kata Amril.
“Koreksi diri dong, jangan memaksa pemerintah untuk melindungi Anda, sedangkan Anda sendiri tidak fokus pada bisnisnya. Keuntungan yang didapat dari tekstil ganti mesin dong jangan malah malah invest di tempat lain gitu loh," lanjutnya.
Baca Juga: APSyFI Usul Bea Masuk Anti-Dumping 20% untuk Lindungi Produsen Benang Lokal
Dirinya menyampaikan kepada APSyFI, atau pihak lain yang memaksakan BMAD POY DTY, untuk berpikir ulang. Sebab, menurutnya, jika BMAD diterapkan maka justru dapat menjadi kehancuran industri tekstil.
"Jangan Anda (APSyFI) makan mengambil piring kami, pecahin piring kita juga gitu loh. Kita sama-sama mencari makan. Piring kita kecil sekali, jangan dipecahkan juga gitu loh," ujarnya.
Dirinya melanjutkan, instrumen industri tekstil ini sebenarnya sudah didiskusikan bersama sama untuk mencapai kesepakatan solusi non tarif sehingga terjaga utilitas di industri textile. Seluruh produksi lokal diambil oleh industri hilir dan kekurangannya impor dengan syarat dan ketentuan yang telah disepakati.
"Sebenarnya jika mau bersama sama seluruh industri tekstil bersatu ayo kita fokuskan kepada BMAD pakaian jadi, garmen jadi itu wajib kita berjuang bersama sama. Kita malu loh mosok Indonesia yang produsen textile menjadi tujuan export baju bekas mau dikemanakan harga diri bangsa kita," tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: