Kredit Foto: Istimewa
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, menegaskan perempuan dan anak merupakan elemen utama dalam pembangunan.
Pasalnya 49,5 persen penduduk di Indonesia adalah perempuan dan 28,4 persen merupakan anak-anak, ini berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2024.
Baca Juga: Menteri PPPA Ungkap Kekerasan Perempuan dan Anak Meroket pada Juni 2025
Bahkan, perempuan usia produktif mencapai hampir 69 persen dari total penduduk. Angka ini menunjukkan potensi besar yang harus dikelola sebagai kekuatan transformasi pembangunan.
Hal tersebut disampaikan Menteri PPPA saat membuka secara resmi Muktamar ke-5 Wanita Persatuan Ummat Islam (PUI), beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, meski begitu, tantangan ketimpangan gender masih menjadi isu yang harus diselesaikan. Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) nasional masih menunjukkan kesenjangan signifikan, khususnya dalam partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan dan dunia kerja. Pemerintah menilai dibutuhkan intervensi nyata dan kebijakan yang menyeluruh.
“Sebagai upaya menjawab tantangan tersebut, Kemen PPPA menetapkan tiga program prioritas untuk periode 2025–2029, yaitu pengembangan Ruang Bersama Indonesia (RBI) sebagai penguatan Desa/Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA), perluasan pemanfaatan call center SAPA 129 untuk layanan pengaduan kekerasan dan pengembangan satu data perempuan dan anak berbasis desa untuk mendukung kebijakan yang inklusif,” kata Menteri PPPA, dikutip dari siaran pers Kementerian PPPA, Rabu (9/7).
Selain itu, Menteri PPPA menegaskan kesetaraan gender tidak cukup dicapai hanya dengan peningkatan indikator statistik. Perempuan harus benar-benar diberdayakan melalui kebijakan dan aksi nyata yang menciptakan dampak langsung dan berkelanjutan, termasuk dalam akses ekonomi, pendidikan, teknologi, dan pengambilan keputusan.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPPA juga mengajak semua pihak untuk terus bersinergi dalam memperluas ruang kepemimpinan bagi perempuan dan mendorong mereka untuk menorehkan prestasi di berbagai bidang.
“Selamat atas penyelenggaraan Muktamar ke-5 Wanita Persatuan Ummat Islam. Semoga muktamar ini menghasilkan keputusan-keputusan strategis yang membawa manfaat luas bagi umat, bangsa, dan negara. Mari kita wujudkan kesetaraan gender melalui pembangunan yang adil dan inklusif, sehingga perempuan dapat mandiri secara ekonomi dan menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat dan daerahnya masing-masing,” pungkas Menteri PPPA.
Ketua Majelis Syuro PUI, K.H. Nur Hasan Zaidi juga menekankan tantangan perempuan Indonesia saat ini tidak lagi terletak pada penyebutan masalah, tetapi pada merumuskan solusi konkret, khususnya dalam memperkuat ketahanan keluarga dan masa depan anak.
Berbagai inisiatif Wanita PUI seperti pendidikan karakter, panduan ketahanan keluarga, dan kurikulum berbasis nilai keislaman dinilai sebagai langkah strategis yang perlu terus diperluas ke daerah-daerah. Ia juga mendorong agar Wanita PUI tidak sekadar mengikuti standar nasional, tetapi mampu menciptakan keunggulan yang melampaui itu.
Selain itu, Ketua Umum PP Wanita PUI menyampaikan tema Muktamar ke-5 “Menguatkan Peran Perempuan dan Meneguhkan Ketahanan Keluarga”, menekankan pentingnya memperkuat pondasi keluarga sebagai benteng utama menghadapi tantangan zaman.
Ia mengungkapkan berbagai inisiatif strategis yang telah dijalankan, seperti penyusunan pedoman ketahanan keluarga di klaster pendidikan, kurikulum pranikah untuk remaja, program pendidikan karakter sejak PAUD, hingga gerakan peduli lingkungan di sekolah-sekolah dan pesantren.
Tak hanya itu, Wanita PUI juga menghadirkan pelatihan keterampilan berbasis lingkungan. Seluruh inisiatif ini diharapkan dapat membentuk generasi yang tangguh secara moral dan sosial sejak dini, serta menciptakan keluarga sebagai benteng utama dalam mencegah persoalan sosial yang lebih luas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya