Kredit Foto: Istimewa
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti tiga kelemahan utama pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yaitu rendahnya kompetensi, terbatasnya jaringan pasar, dan akses permodalan yang belum optimal.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum Bidang Kewirausahaan UMKM Kadin Indonesia, RM Tedy Aliudin, dalam Rakornas Kadin 2025, Rabu (20/8/2025).
Tedy mengungkapkan, 74 persen UMKM di Indonesia belum mampu membuat pencatatan keuangan sederhana, sehingga sulit mendapatkan akses pembiayaan dari perbankan maupun lembaga keuangan.
“Inilah pekerjaan rumah kita. Bagaimana membina dan melatih mereka agar memiliki kompetensi dasar, termasuk dalam membuat laporan keuangan,” ujarnya.
Baca Juga: Pendapatan UMKM di Bawah Rp1 Juta, Kadin Siapkan 13 Jurus Penyelamat
Selain itu, lebih dari 50 persen jaringan pasar UMKM hanya terbatas pada tingkat kecamatan, RW, atau RT. Padahal, dengan perkembangan teknologi digital, UMKM seharusnya bisa memperluas akses ke pasar yang lebih luas.
“Masih banyak UMKM yang belum memahami dunia digital. Padahal, 64 persen pelaku usaha kita belum melek digital,” tambah Tedy.
Masalah ketiga adalah permodalan. Hingga kini, 74 persen UMKM di Indonesia belum tersentuh layanan perbankan. Berdasarkan survei Kadin, sebanyak 67,8 persen pelaku UMKM memiliki omzet di bawah Rp50 juta per tahun, dan sekitar 38,4 persen berpenghasilan kurang dari Rp1 juta per bulan, jauh di bawah garis kemiskinan nasional sebesar Rp2,6 juta.
Baca Juga: Investasi Triliunan Masuk Cilegon, UMKM Lokal Hanya Jadi Penonton
Meski menghadapi tantangan besar, UMKM tetap menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Data Kadin menunjukkan, 99,99 persen pelaku usaha di Indonesia merupakan UMKM, sementara pengusaha besar hanya 0,01 persen. Namun, kontribusi UMKM terhadap ekspor masih rendah, yakni 15,5 persen, dan sebagian besar justru dinikmati oleh perusahaan besar.
Untuk memperkuat daya saing, Kadin menyiapkan 13 program prioritas, termasuk “Kampung Digital” untuk meningkatkan literasi digital UMKM, program mentoring dengan kombinasi pelatihan hard skill dan soft skill, serta pengembangan pasar melalui pojok UMKM.
“Indonesia ingin menjadi negara maju dari sisi kewirausahaan. Karena itu, kita harus bekerja luar biasa, bukan biasa-biasa saja,” tegas Tedy.
Kadin juga menargetkan adanya 122 ribu UMKM yang naik kelas menjadi usaha besar pada 2045, sejalan dengan proyeksi jumlah pengusaha di Indonesia yang diperkirakan mencapai 122 juta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri