Kredit Foto: Ida Umy Rasyidah
CEO PT Indodax Nasional Indonesia (Indodax), William Sutanto, menilai penerbitan stablecoin rupiah penting dilakukan untuk memperkuat kedaulatan mata uang nasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada stablecoin asing.
Menurutnya, stablecoin rupiah dapat memberi nilai tambah dibanding sekadar mengandalkan stablecoin asing seperti USDT atau USDC yang sudah mapan di pasar.
"Kalau kita industri kripto lokal, kita inginnya pasti maunya stablecoin rupiah. Karena kalau stablecoin USDT, kita kan tidak mungkin bisa bersaing dengan pemain yang sudah sangat besar, USDC dan USDT," ujar William saat ditemui di acara CFX Crypto Conference, di Tabanan, Bali, dikutip Jumat (22/8/2025).
Baca Juga: Bos Indodax Jawab Soal Rencana IPO, Begini Katanya!
William mengatakan, keberadaan stablecoin rupiah akan langsung membuka akses bagi lebih dari 9 juta anggota Indodax untuk bertransaksi menggunakan instrumen tersebut. Ia menilai hal itu akan memperluas penggunaan rupiah secara global sekaligus memperkuat daya tarik mata uang domestik.
“Dengan stablecoin itu kita bisa membantu mata uang rupiah supaya terekspos ke orang-orang luar negeri. Dari situ membuka peluang, misalkan nanti use case stablecoin rupiah itu katakan untuk money market di Indonesia, untuk membeli obligasi pemerintah maupun swasta,” ujarnya.
Meski begitu, ia mengakui masih adanya hambatan dalam mencapai hal tersebut khususnya mengenai regulasi yang ada di Indonesia.
“Struktur regulasinya belum ada. Jadi mudah-mudahan kita memang perlu banyak diskusi dengan regulator, supaya mereka lebih paham dan lebih terbuka akan possibility ini,” kata William.
Baca Juga: Pemerintah Akui Blockchain dalam PP 28/2025, INDODAX: Ini Titik Balik Teknologi Digital Indonesia
Ia menambahkan, pembahasan soal stablecoin melibatkan lintas otoritas karena bersinggungan dengan remitansi dan sistem pembayaran. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini mengawasi industri kripto, sementara pembayaran berada di bawah kewenangan Bank Indonesia (BI).
"Kita cukup sering ngobrol dengan OJK, dengan Bank Indonesia juga. Karena khusus tentang stablecoin, ini kan erat kaitannya dengan remitansi dan pembayaran. Tapi saya rasa sekarang BI sudah membuka diri. Kemarin kita ada hackathon, kolaborasi BI dan OJK, dan di sana juga ada proyek-proyek berbasis blockchain,” ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait: