Survei Prudential Ungkap 93% Pasien RI Tunda Perawatan karena Akses Minim
Kredit Foto: Azka Elfriza
Prudential Indonesia dan Prudential Syariah merilis hasil survei bersama Economist Impact berjudul Suara Pasien Indonesia: Terhimpit di antara Kebutuhan Perawatan, Biaya, dan Kejelasan Informasi.
Laporan ini menyoroti kesenjangan informasi dan akses layanan kesehatan yang masih dihadapi pasien Indonesia.
Temuan utama mengungkap 9 dari 10 responden atau hampir 93% pasien mengaku menunda perawatan. Hampir setengahnya (44%) menyebut seringkali menunda pengobatan karena keterbatasan informasi medis.
Tercatat lebih dari 50% responden menyatakan tidak memiliki informasi kesehatan yang jelas, bahkan 44% tidak mendapatkan penjelasan memadai dari dokter terkait diagnosis.
Selain itu, 77% responden menilai sulit membuat janji temu, menghadapi antrean panjang, dan kendala akses lainnya. Hambatan tersebut berdampak langsung terhadap pekerjaan, rutinitas rumah tangga, dan tanggung jawab keluarga.
Baca Juga: Prudential-Kemenkes Kolaborasi Perkuat Sistem Data Kesehatan Nasional
Sepertiga responden (34%) bahkan menyebut ketenangan pikiran saat mencari layanan kesehatan sangat bergantung pada kondisi sehari-hari, sedangkan 17% menganggap waktu tunggu yang lama sebagai penghalang besar.
Yosie William Iroth, Chief Health Officer Prudential Indonesia, menegaskan, Prudential Indonesia menekankan masih adanya tantangan besar dalam sistem layanan kesehatan nasional.
"Meski akses kesehatan di Indonesia telah meningkat signifikan, pasien masih menghadapi tantangan yang menghambat mereka mendapatkan perawatan yang dibutuhkan. Survei ini menegaskan perlunya sistem layanan kesehatan yang dapat meminimalkan gangguan pada kehidupan sehari-hari, memberikan kepastian biaya sejak awal, serta menyediakan informasi yang andal dan mudah dipahami agar pasien merasa percaya diri untuk segera mencari perawatan ketika dibutuhkan," ujarnya, Rabu (17/9/2025).
Yosie menambahkan faktor geografis turut memperparah ketimpangan akses.
"Salah satu dampak yang paling nyata dari ketidakmerataan ini adalah 77% pasien merasa tidak mudah untuk menemui dokter, mulai dari sulitnya membuat janji temu, antrean panjang, hingga hambatan akses lainnya. Kendala tersebut bukan hanya menunda perawatan, tetapi juga mengganggu pekerjaan, aktivitas rumah tangga, serta tanggung jawab lainnya," ujarnya.
Baca Juga: BSI dan Prudential Syariah Kolaborasi Perluas Akses Proteksi Lewat Bancassurance
Sementara itu, Arjan Toor, CEO, Health, Prudential plc, menekankan pentingnya layanan yang ramah pasien.
"Dari hasil riset, kami mendengar bahwa pasien Indonesia menginginkan layanan kesehatan yang terjangkau, mudah diakses, dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari mereka, bukan sebaliknya," ucapnya.
Laporan ini merupakan bagian dari studi Prudential plc bertajuk Suara Pasien: Pengalaman Akses Layanan Kesehatan di Asia yang dilakukan di empat negara, yakni Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Indonesia, dengan melibatkan lebih dari 4.200 responden.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Annisa Nurfitri