Kredit Foto: PT Kilang Pertamina Internasional
Harga minyak mentah dunia ditutup melemah pada perdagangan di Selasa (30/9). Investor mengantisipasi potensi surplus pasokan menyusul rencana kenaikan produksi lebih besar bulan depan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Sekutunya (OPEC+).
Dilansir dari Reuters, Rabu (1/10), Minyak Brent ditutup turun 1,7% menjadi US$66,03. Sedangkan West Texas Intermediate (WTI) turun 1,7% menjadi US$62,37.
Baca Juga: India Kian Ditekan Trump: Kurangi Impor Minyak Rusia atau Nikmati Tarif AS
OPEC+ diperkirakan akan mempercepat kenaikan produksi pada bulan depan dari tambahan 137.000 barel per hari (bpd) yang diterapkan untuk Oktober. OPEC+ disebut dapat menyepakati peningkatan produksi bulan depan sebesar 274.000–411.000 bpd.
“OPEC+ ini dapat menekan margin produsen shale oil yang berbiaya tinggi, sehingga berpotensi memaksa mereka mengurangi produksi yang saat ini berada di level rekor,” kata Analis StoneX, Alex Hodes.
Baca Juga: Trump Ingin Pemerintah Miliki Saham, Bidik Nvidia?
Sementara itu, aliran minyak mentah kembali beroperasi dari Kurdistan Irak ke Turki. Pasar juga tetap berhati-hati dalam beberapa pekan terakhir, menyeimbangkan risiko gangguan pasokan akibat serangan drone terhadap kilang minyak dari Rusia.
Adapun Presiden Amerika Serikat (AS). Donald Trump mendapat dukungan dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Hal ini terkait proposal perdamaian dari Gaza.
Baca Juga: Perkebunan Kelapa Sawit sebagai Bioreaktor Alamiah
Baca Juga: Mengenal Tiga Kelompok Produk Perkebunan Kelapa Sawit
Jika kesepakatan damai tercapai, lalu lintas pelayaran diperkirakan akan kembali normal di Terusan Suez. Hal tersebut mengurangi premi risiko geopolitik pada harga minyak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar