Baja Impor dari China Bisa Dijual Lebih Murah hingga 20-25 Dolar Per Ton, Krakatau Ngeluh
Kredit Foto: WE
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Akbar Djohan menyampaikan industri baja nasional tengah dibanjiri impor baja, padahal ia mengklaim kapasitas dalam negeri sesungguhnya sudah mencukupi.
"Regulasi dan kebijakan dari pemerintah serta dukungan dari DPR sangat krusial. Ini bukan hanya soal kepentingan satu perusahaan, tapi tentang menjaga kedaulatan industri strategis nasional,” ujar Akbar Djohan dalam keterangan resminya.
Tantangan terbesar yang kini dihadapi industri baja nasional adalah membanjirnya produk baja impor murah, terutama dari Tiongkok.
Ia menjelaskan dalam tiga tahun terakhir, ekspor baja Tiongkok melonjak drastis: dari 67 juta ton pada 2022 menjadi 90 juta ton pada 2023, dan mencapai 117 juta ton pada 2024.
Sekitar 50 persen dari ekspor itu mengalir ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
"Produk baja impor bisa dijual lebih murah hingga 20-25 dolar per ton. Tanpa instrumen perlindungan seperti Bea Masuk Anti Dumping (BMAD), Safeguard melalui Bea Masuk Imbalan, dan juga Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), produsen lokal akan kesulitan bersaing,” jelas Akbar.
Di sisi lain, Indonesia sejatinya memiliki kapasitas produksi baja yang cukup besar. Bahkan, sekitar 80 persen kebutuhan baja nasional bisa dipenuhi dari dalam negeri. Namun, kenyataannya 40-55 persen kebutuhan baja masih menggunakan produk impor.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: