Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ribuan Siswa Bandung Barat Keracunan, BGN Sebut Nitrit Jadi Pemicu Utama

        Ribuan Siswa Bandung Barat Keracunan, BGN Sebut Nitrit Jadi Pemicu Utama Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tim Investigasi Independen Badan Gizi Nasional (BGN) menyimpulkan bahwa senyawa nitrit menjadi pemicu gejala keracunan yang dialami 1.315 siswa di Bandung Barat. Gejala muncul setelah para siswa menyantap hidangan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disiapkan tiga Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

        “Kami berkesimpulan, senyawa nitrit menjadi penyebabnya,” kata Ketua Tim Investigasi Independen BGN, Karimah Muhammad, Apt dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (4/10/2025).

        Karimah menegaskan, kesimpulan itu didapat setelah tim melakukan serangkaian investigasi, termasuk mewawancarai korban, menemui dokter yang menangani di Puskesmas Cipongkor dan RSUD Cililin, mempelajari pola gejala, serta menelaah obat-obatan yang diberikan.

        Baca Juga: Selama MBG Dievaluasi, Pemerintah Diminta Siapkan Program Pengganti Jaga Gizi Anak

        Tim juga mempelajari hasil uji mikrobiologi dan toksikologi dari Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat terhadap sampel makanan dan bahan dari SPPG.

        “Ditemukan kadar nitrit yang sangat tinggi di buah melon dan lotek dari sampel sisa sekolah,” ujarnya.

        Dalam pemeriksaan, kadar nitrit pada sampel mencapai 3,91 mg/L dan 3,54 mg/L. Padahal, standar US Environmental Protection Agency (EPA) membatasi kadar maksimum nitrit pada minuman hanya 1 mg/L, sementara otoritas Kanada menetapkan 3 mg/L.

        “Kalau merujuk standar EPA, kadar nitrit dalam sampel sisa makanan di sekolah hampir empat kali lipat dari batas maksimum,” jelasnya.

        Menurutnya, nitrit dapat terbentuk secara alami pada buah dan sayuran akibat aktivitas bakteri yang mengubah nitrat menjadi nitrit. Pola gejala yang dialami korban juga sejalan dengan keracunan nitrit. Sebanyak 36% korban mengalami gejala pada saluran pencernaan bagian atas, seperti mual, muntah, dan nyeri lambung. Sementara, hanya 3% korban yang mengalami diare, yang biasanya menjadi gejala dominan keracunan makanan lain.

        Baca Juga: Di Tengah Himpitan Ekonomi, Program MBG Jadi Harapan Baru Bagi Ibu Tunggal di Tangsel

        “Gejala lemas dan sesak napas yang dikeluhkan sebagian korban juga menunjukkan keracunan nitrit. Sebab, nitrit bisa menyebabkan methemoglobinemia, di mana kemampuan hemoglobin untuk membawa oksigen berkurang," ungkapnya.

        Selain itu, 29% korban mengeluhkan pusing akibat pelebaran pembuluh darah yang juga menjadi ciri keracunan nitrat. Tim investigasi tidak menemukan bakteri penyebab keracunan makanan seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, atau Bacillus cereus, serta tidak menemukan racun lain seperti sianida, arsen, logam berat, maupun pestisida.

        Karimah menjelaskan, jumlah korban yang dilaporkan mencapai 1.315 orang karena adanya imbauan melalui pesan suara agar siswa penyantap MBG memeriksakan diri ke Puskesmas dan RSUD. Dari total tersebut, 93% siswa langsung dipulangkan setelah pemeriksaan, sedangkan 7% dirawat inap.

        Baca Juga: Purbaya Pelototi Anggaran MBG Hingga Akhir Oktober 2025

        Obat yang diberikan kepada korban antara lain parasetamol, ondansetron untuk muntah, dan omeprazol untuk nyeri lambung. “Tidak ada satu pun obat diare yang diberikan. Begitu juga tidak ada obat antikejang, karena yang terlihat sebagai kejang oleh orang awam sebenarnya adalah kram pada jari akibat nyeri lambung,” kata Karimah

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Djati Waluyo

        Bagikan Artikel: