Kredit Foto: Humas DBS
The Fed dan Bank Sentral Eropa (ECB) menjadi penggerak utama perubahan arah suku bunga global di tengah meningkatnya kekhawatiran atas laju pertumbuhan ekonomi dunia.
Chief Investment Officer DBS Bank, Hou Wey Fook, menilai dinamika ini akan menjadi faktor utama yang membentuk arah pasar keuangan global hingga akhir tahun.
Hou menjelaskan, The Fed kini menghadapi dilema antara risiko inflasi dan perlambatan ekonomi akibat ketegangan tarif.
“Perubahan kebijakan The Fed tetap menjadi tema utama, dengan kekhawatiran pertumbuhan mendominasi risiko inflasi di tengah ketegangan tarif,” ujarnya, Selasa (14/10/2025).
Baca Juga: Bursa Asia Hijau, Pasar Soroti Risalah The Fed September
Di sisi lain, ECB disebut mendekati posisi netral setelah serangkaian pemotongan suku bunga yang signifikan.
Namun, kondisi fiskal yang rapuh di sejumlah negara Eropa menekan imbal hasil obligasi kawasan tersebut.
“Kerentanan fiskal menekan imbal hasil Eropa, sementara inflasi yang persisten mendukung pengetatan lebih lanjut oleh BOJ,” lanjut Hou.
DBS memproyeksikan, obligasi jangka menengah AS akan mencatatkan kinerja lebih baik di tengah pergeseran arah kebijakan moneter global. Adanya prospek ini didukung oleh ekspektasi pasar terhadap stabilitas inflasi dan perlambatan suku bunga acuan.
Baca Juga: Risalah The Fed September: Mayoritas Prediksi Adanya Pemangkasan Suku Bunga Lanjutan
Hou menambahkan, kebijakan suku bunga di Asia masih menunjukkan lintasan yang beragam. Seperti Tiongkok melanjutkan pelonggaran moneter melalui kebijakan People’s Bank of China (PBOC), Indonesia dan Thailand mempertahankan kebijakan akomodatif di tengah perlambatan pertumbuhan, dan negara lainnya yang menunjukkan perbedaan arah sebagai cerminan respons masing-masing negara terhadap tekanan ekonomi global
“India mempertahankan jeda yang berkepanjangan meskipun menghadapi tekanan tarif. Korea menerapkan ekspansi fiskal dan kurva suku bunga yang semakin curam, sementara Malaysia dan Filipina tetap relatif stabil. Suku bunga Singapura turun akibat pelemahan di AS,” papar Hou.
DBS menilai, arah kebijakan bank sentral global yang cenderung melonggar terutama di kawasan Asia, akan mendukung kondisi likuiditas pasar dan mengurangi volatilitas di sektor obligasi dan saham hingga akhir tahun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: