Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bitcoin Rebound, Pasar Kripto Bersiap Sambut Keputusan The Fed

        Bitcoin Rebound, Pasar Kripto Bersiap Sambut Keputusan The Fed Kredit Foto: Kaspersky
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) menjadi katalis positif bagi pasar aset kripto setelah periode volatilitas tinggi. Harga Bitcoin (BTC) sempat turun ke kisaran US$106.000 atau sekitar Rp1,76 miliar pada Kamis (23/10/2025), sebelum kembali menguat di atas US$108.000 (Rp1,79 miliar) seiring meredanya aksi jual dan meningkatnya arus masuk exchange-traded fund (ETF) spot.

        Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur menjelaskan, pergerakan harga Bitcoin masih sangat dipengaruhi oleh dinamika likuiditas jangka pendek dan kebijakan moneter AS.

        “Arus masuk ETF memang memicu rebound teknikal, namun tekanan makroekonomi masih membatasi potensi kenaikan yang lebih agresif,” ujar Fyqieh dikutip dari keterangan resmi, Jumat (24/10/2025).

        Fyqieh menilai, rilis data inflasi AS (CPI) pada Jumat (24/10/2025) akan menjadi indikator kunci arah kebijakan Federal Reserve (The Fed).

        Baca Juga: Amankan Bitcoin, Perusahaan Ini Hadirkan Dompet Kripto 'Quantum-Ready'

        “CPI yang lebih lemah mendekati 0,2% akan memperkuat prospek penurunan suku bunga dan memperbaiki sentimen terhadap aset kripto, termasuk Bitcoin," ujar Fyqieh.

        Pasar memperkirakan kemungkinan besar, sekitar 98,9%, bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan 29 Oktober mendatang. Namun, analis mengingatkan potensi sell the news, sebagaimana yang terjadi pada pemangkasan suku bunga pertama bulan September lalu, ketika kapitalisasi pasar kripto sempat kehilangan sekitar US$60 miliar.

        Selain faktor moneter, ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok juga menambah ketidakpastian. Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada KTT APEC di 31 Oktober untuk membahas potensi kesepakatan sebelum tarif baru sebesar 100% diberlakukan pada 1 November.

        Analis Standard Chartered Geoff Kendrick memproyeksikan harga Bitcoin dapat terkoreksi di bawah US$100.000 dalam jangka pendek akibat ketegangan geopolitik. Namun, ia tetap optimistis BTC dapat menembus US$200.000 pada akhir tahun, seiring meningkatnya likuiditas global dan arus masuk ke ETF kripto.

        Fyqieh menyebut kondisi pasar saat ini sebagai “ketidakpastian terkendali”, di mana investor tengah menimbang dua faktor berlawanan, tekanan makroekonomi dan potensi pelonggaran kebijakan moneter.

        Baca Juga: Tak Ikuti Aturan Pencucian Uang, Kanada Denda Platform Kripto Ini C$176,96 Juta!

        “Jika inflasi AS menunjukkan tanda perlambatan dan dolar melemah, peluang bagi BTC untuk kembali menguji area US$115.000–US$120.000 masih terbuka. Namun jika CPI justru lebih tinggi dari ekspektasi, pasar bisa menguji support di kisaran US$100.000,” ujarnya.

        Ia menegaskan pentingnya memantau respons pasar obligasi dan pergerakan indeks dolar (DXY) sebagai indikator arah selanjutnya bagi Bitcoin dan aset kripto lainnya.

        Menjelang akhir Oktober, pasar kripto menghadapi serangkaian faktor penentu, mulai dari rilis data CPI, keputusan suku bunga The Fed, penutupan CME gap, dan pertemuan AS–Tiongkok di KTT APEC. Hasil dari peristiwa tersebut akan menentukan apakah Bitcoin mampu melanjutkan tren kenaikan menuju target ambisius US$200.000 atau kembali terkoreksi di bawah US$100.000.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ida Umy Rasyidah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: