Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Atasi Monopoli China, Inggris Luncurkan Strategi Mineral Kritis 2035

        Atasi Monopoli China, Inggris Luncurkan Strategi Mineral Kritis 2035 Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemerintah Inggris meluncurkan strategi mineral kritis guna mengurangi ketergantungan pada pemasok asing pada 2035. Hal ini menyusul meningkatnya persaingan global atas sumber daya penting tersebut akibat kebijakan ekspor dari China.

        Dilansir Senin (24/11), Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer menargetkan pemenuhan sepuluh persen kebutuhan mineral kritis dari produksi dalam negeri dan dua puluh persen lainnya dari daur ulang.

        Baca Juga: Indonesia Perkuat Kerja Sama Sektor Pendidikan dengan Inggris

        London juga menargetkan agar tidak lebih dari enam puluh persen pasokan satu jenis mineral kritis berasal dari satu negara pada 2035. Strategi ini didukung pendanaan baru hingga £50 juta.

        Starmer mengatakan mineral kritis merupakan tulang punggung kehidupan modern dan keamanan nasional serta menilai peningkatan produksi dan daur ulang dalam negeri akan membantu melindungi perekonomian dan menurunkan biaya hidup.

        Inggris saat ini hanya mampu memproduksi sekitar enam persen kebutuhan mineral kritis secara domestik. Melalui strategi baru tersebut, mereka berencana memperluas aktivitas ekstraksi dan pemrosesan, dengan fokus pada lithium, nikel, tungsten dan logam tanah jarang.

        Inggris menargetkan produksi lithium lokal sedikitnya 50.000 ton di 2035. Mineral-mineral tersebut dinilai krusial untuk berbagai industri, mulai dari ponsel pintar dan kendaraan listrik hingga pusat data yang mendukung pengembangan kecerdasan buatan.

        Inggris memperkirakan permintaan tembaga hampir dua kali lipat, sementara kebutuhan lithium diproyeksikan melonjak hingga 1.100% di 2035.

        Baca Juga: Hubungan Rusak Parah, China Ancam Jepang Terkait Komentar Taiwan

        Strategi ini juga menyoroti dominasi rantai pasok logam tanah jarang yang dimiliki oleh China. Beijing saat ini menyumbang sekitar tujuh puluh persen aktivitas penambangan logam tanah jarang dan sembilan puluh persen proses pemurniannya, yang dinilai membuat negara-negara dunia rentan terhadap gejolak harga, tekanan geopolitik dan gangguan pasokan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: