Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini beradai di level 8.611,79 melesat sekitar 20,22% secara year-to-date (ytd) hingga awal Desember 2025, namun saham-saham blue chip yang selama ini menjadi tulang punggung pasar justru tertinggal jauh. Indeks IDX30, yang berisi emiten kapitalisasi besar, hanya naik sekitar 3% ytd, menciptakan selisih performa sekitar 15%, menjadi salah satu gap terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini dinilai Mandiri Sekuritas sebagai sinyal pergeseran pola penggerak pasar.
Analis Equity Research Mandiri Sekuritas, Kresna Hutabarat, menyampaikan bahwa reli IHSG 2025 tidak lagi bertumpu pada saham berkapitalisasi besar, melainkan pada saham-saham metal, komoditas, serta emiten yang terangkat oleh arus dana jangka pendek. Ia menilai fenomena ini menandai fase pasar yang tidak lazim.
“Ada diskrepansi yang jelas. IHSG sudah naik sekitar 20%, tetapi IDX30 hanya naik sekitar 3%. Kondisi ini membuat valuasi banyak emiten blue chip berada di level yang sangat menarik dibandingkan historisnya,” ujar Kresna dalam Mandiri Macro and Market Brief 4Q25, Rabu (3/12/2025).
Baca Juga: JPMorgan Prediksi IHSG Bisa Lompa ke 10.000
Mandiri Sekuritas menilai ketertinggalan indeks saham besar justru membuka peluang bagi investor institusi domestik maupun asing. Dividend yield emiten blue chip disebut berada di kisaran 5–7%, sementara beberapa sektor mencapai 9%. Angka tersebut jauh melampaui yield obligasi pemerintah yang berada dekat 5% dan terus menurun seiring injeksi likuiditas pemerintah dan Bank Indonesia.
Kresna menjelaskan pelebaran spreed antara dividend yield saham dan risk-free assets menjadi katalis bagi potensi rotasi portofolio menuju saham-saham berfundamental kuat. Momentum tersebut dinilai akan semakin terlihat menjelang musim dividen pada Maret–Juni 2026.
Baca Juga: BEI Kaji Peluncuran Indeks Baru Bersama Danantara
“Ini momentum yang jarang terjadi. Ketertinggalan IDX30, valuasi diskon, dan dividend yield tinggi membuat blue chipberada di titik yang sangat atraktif,” katanya.
Menurutnya, tekanan laba pada emiten keuangan—yang sebelumnya menahan laju indeks-indeks besar—mulai mereda. Tren revisi laba yang kembali positif pada kuartal IV dinilai dapat memperkuat peluang pemulihan kinerja saham blue chip dalam beberapa bulan ke depan.
Mandiri Sekuritas memperkirakan bahwa jika rotasi dana dari instrumen pendapatan tetap ke saham terealisasi, indeks IDX30 berpeluang mengejar kenaikan IHSG dan bahkan kembali menjadi pendorong utama pasar pada 2026.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: