Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menteri ESDM Ungkap 300+ Wilayah Kerja Migas Mangkrak Pasca-POD

        Menteri ESDM Ungkap 300+ Wilayah Kerja Migas Mangkrak Pasca-POD Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil secara terbuka mengungkapkan adanya masalah besar dalam industri hulu migas nasional. 

        Menurutnya, sekitar 305 hingga 306 Wilayah Kerja (WK) migas di Indonesia tidak menunjukkan progres pengembangan, meskipun Rencana Pengembangan (Plan of Development/POD) telah disetujui oleh pemerintah.

        Kondisi ini disebut menjadi faktor utama di balik tren penurunan lifting minyak nasional. Pada tahun 2024, lifting minyak Indonesia hanya mencapai 580 ribu barel per hari (BOPD), jauh di bawah target yang dipatok dalam APBN, yaitu 660 ribu BOPD. 

        Baca Juga: WP&B 2026 Digodok, SKK Migas Usulkan Target Minimal 100 Sumur Pengeboran Eksplorasi

        "Kita itu masih mempunyai 300 wilayah kerja, WK kita itu 305-306 wilayah kerja yang sudah selesai, ini tidak dijalan-jalanin," ujar Bahlil dalam Big 40 Conference di Jakarta, Senin (8/12/2025).

        Blok Masela dan Ultimatum Investor

        Bahlil menyoroti kasus Blok Masela di Maluku sebagai contoh nyata. Blok gas raksasa (giant field) tersebut, yang memiliki nilai investasi sekitar US$20 miliar, telah dipegang oleh operator INPEX Corporation asal Jepang selama 26 tahun namun belum juga berproduksi.

        "Blok Masela itu salah satu blok yang giant, investasinya kurang lebih sekitar US$20 miliar. Sudah 26 tahun dipegang INPEX (dari) Jepang," katanya.

        Bahlil menceritakan saat ia menjabat, ia langsung mempertanyakan lambatnya proyek tersebut. Ia mengaku mendapat banyak alasan mengenai kajian opsi pengembangan darat (onshore) dan laut (offshore).

        Baca Juga: Kejar Lifting 2026, Rakor Dukbis SKK Migas Tekankan Reformasi Perizinan dan Efisiensi Rantai Suplai

        "Saya jadi Menteri ESDM, saya tanya kenapa ini tidak jalan-jalan? Banyak alasan, a, o, a, o, darat, laut, darat, laut, lama-lama kita mati pun belum ada keputusan," ungkapnya.

        Untuk mengatasi stagnasi ini, Bahlil menegaskan bahwa pemerintah melayangkan ultimatum keras kepada INPEX agar segera mempercepat pengembangan.

        "Saya bikin surat kepada dia, you tidak jalan, saya cabut. Tidak ada urusan. Dan Alhamdulillah, sekarang mereka mulai tender. Ternyata investornya juga takut teguran. Masa kita takut sama asing? Nggak ada urusan," bebernya. 

        Ultimatum ini bertujuan agar Blok Masela dapat mencapai target onstream pada 2029.

        Prioritas Reaktivasi 16.000 Sumur Idle

        Selain masalah WK yang mangkrak, pemerintah juga menghadapi tantangan terkait ribuan sumur minyak yang berstatus idle (tidak dioperasikan). Dari total 40.000 sumur migas di Indonesia, sebanyak 16.000 sumur telah tidak diusahakan lagi setelah persetujuan rencana pengembangan.

        "Dari 40 ribu itu ada 16 ribu sumur idle, tidak dikerjakan. Nah ini kita lepas, kita suruh kerja sama. Ini cara kedua (meningkatkan lifting)," jelas Bahlil, merujuk pada upaya percepatan produksi migas nasional.

        Baca Juga: PHE Kuasai Produksi Migas, Ketahanan Energi Dinilai Menguat

        Ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Peningkatan Produksi/Lifting Migas, Nanang Abdul Manaf, memberikan perkembangan positif terkait program reaktivasi ini. Ia menyatakan sudah ada 39 perusahaan yang menyatakan minat untuk bekerja sama dengan PT Pertamina dalam menghidupkan kembali sumur-sumur tersebut.

        "Ada 39 perusahaan yang berminat menjadi mitra Pertamina untuk program reaktivasi sumur migas idle, dan 19 perusahaan sudah menandatangani MoU," kata Nanang pada Grand Launching Indonesia’s Oil and Gas Exploration 2025, Selasa (25/11/2025).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Djati Waluyo

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: