Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        OASA Incar Proyek Sampah Danantara Lewat Konsorsium Global

        OASA Incar Proyek Sampah Danantara Lewat Konsorsium Global Kredit Foto: Ist
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) ikut membidik proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) yang dilelang Danantara dengan mengajukan penawaran untuk wilayah Bogor Raya dan Denpasar Raya. Keikutsertaan tersebut merupakan bagian dari seleksi awal proyek PSEL nasional yang menargetkan pembangunan fasilitas di 33 wilayah dengan nilai investasi mendekati Rp100 triliun.

        Direktur Utama OASA Bobby Gafur Umar mengatakan perseroan secara selektif mengikuti tender PSEL Danantara tahap awal dan tidak mengajukan penawaran untuk seluruh wilayah prioritas. Dari tujuh wilayah yang masuk batch pertama, OASA hanya memilih dua lokasi yang dinilai paling siap secara teknis dan administratif.

        “Karena kita melihat dari pemetaan, kondisi lapangan, kemudian karakteristik sampahnya, persiapan dan ketersediaan data dan sebagainya, kita tidak ikut lima lainnya karena jadwal dari tender Danantara ini sangat ketat,” ujar Bobby dalam paparan publik, Rabu (17/12/2025).

        Baca Juga: Bursa Deteksi Pola Transaksi Tak Wajar pada OASA dan BCIP, Investor Diimbau Waspada!

        Dalam tender tersebut, OASA bergabung dalam konsorsium bersama perusahaan pengolah sampah asal China, Grandblue Environment Co. Ltd. Perusahaan tersebut masuk dalam daftar penyedia terseleksi (DPT) tender PSEL Danantara batch pertama, bersama 24 perusahaan global lainnya. Grandblue Environment memiliki kapasitas pengolahan hingga 99.590 ton sampah per hari atau sekitar 60% dari total produksi sampah nasional.

        Bobby menyampaikan keterlibatan mitra strategis dalam konsorsium menjadi penguat kesiapan teknis dan operasional OASA dalam mengajukan penawaran proyek PSEL. Menurut dia, pengalaman dan kapasitas mitra menjadi faktor penting dalam proyek dengan skala dan kompleksitas tinggi.

        Setelah proses tender batch pertama rampung, OASA membuka peluang untuk mengikuti tahapan tender berikutnya di wilayah lain yang dinilai telah siap. Perseroan akan kembali melakukan pemetaan terhadap kesiapan daerah, termasuk aspek teknis, data, serta dukungan regulasi.

        Dari sisi pembiayaan, proyek PSEL Danantara yang diikuti OASA akan menggunakan skema project financing. Dalam skema ini, pendanaan proyek bersumber dari proyeksi arus kas proyek, bukan dari neraca induk perusahaan. Pembiayaan dilakukan melalui pembentukan special purpose vehicle (SPV) dengan aset proyek sebagai jaminan utama.

        Baca Juga: Danantara Mantapkan Arah Investasi 2026, Gaspol Incar Proyek Strategis

        Di tengah upaya ekspansi tersebut, kinerja keuangan OASA masih menghadapi tekanan sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Hingga September 2025, pendapatan bersih perseroan tercatat Rp30,64 miliar, turun dari Rp50,68 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. OASA juga membukukan rugi bersih Rp14,37 miliar, berbalik dari laba Rp143,16 miliar pada September 2024.

        Bobby menjelaskan pelemahan kinerja dipengaruhi oleh tertundanya sejumlah proyek PSEL sejak 2021, proses penyesuaian regulasi, serta dampak momentum Pemilu 2024. Namun, ia menilai prospek pemulihan mulai terbuka setelah terbitnya Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025 dan dimulainya implementasi proyek PSEL Danantara di berbagai kota.

        Berdasarkan segmentasi usaha, pendapatan dari jasa konsultasi dan penjualan barang tercatat nihil sepanjang 2025. Pendapatan jasa konstruksi turun menjadi Rp23,72 miliar dari sebelumnya Rp33,71 miliar. Sementara itu, segmen woodchip mencatat kenaikan pendapatan menjadi Rp6,92 miliar, meski kontribusinya masih terbatas.

        Direktur sekaligus Chief Financial Officer OASA Soraya Inderasari menyampaikan realisasi belanja modal hingga akhir September 2025 masih di bawah Rp500 juta. Belanja modal tersebut digunakan untuk penambahan peralatan penunjang pabrik biomassa milik anak usaha.

        Seiring dimulainya tahapan awal proyek-proyek strategis, termasuk PSEL, OASA menargetkan pendapatan sebesar Rp35 miliar hingga akhir 2025.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: