Himpunan Mahasiswa Islam Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau mengingatkan masyarakat dan pemerintah untuk tetap mewaspadai kelompok penganut paham tertentu yang ingin menggeser ideologi Pancasila.
Ketua HMI Tanjungpinang dan Bintan, Ardiansyah, di Tanjungpinang, Minggu (19/6/2016), mengatakan ada kelompok tertentu di Kepri tidak memercayai Pancasila, dan berupaya mengganti dengan ideologi lainnya.
"Salah satu paham yang harus diwaspadai, komunisme dan radikalisme," katanya.
Hal senada disampaikan Ardiansyah dalam seminar kebangsaan yang diselenggarakan Komunitas Bakti Bangsa di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik, Sabtu (18/6). "Jangan sampai kita terpengaruh mengikuti ajaran komunisme yang bertentangan dengan Pancasila," kata dia di hadapan sekitar 130 orang mahasiswa, peserta seminar.
Dia mengatakan komunisme tidak meyakini agama. Kini mereka terindikasi menyusup atau mendirikan organisasi lain yang memiliki pola pergerakan dan tujuan yang sama dengan para komunis.
Dikhawatirkan, pengikut komunisme yang baru direkrut itu tidak memahami sejarah pahit yang diukir komunis di Indonesia.
"Kami menduga ada mahasiswa di Tanjungpinang yang melakukan pergerakan seperti komunis. Saya tidak tahu apakah ini hanya gaya-gayaan atau benaran," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Kesbangpolinmas Kepri Syafri Salisman, yang juga narasumber dalam seminar bertema "Pancasila, Tantangan di Era Globalisasi" itu mengatakan sejak reformasi, negara ini menjadi tempat yang leluasa bagi orang-orang yang ingin menggeser ideologi Pancasila.
Berbeda kondisi di era Orde Baru, yang dipimpin Presiden Suharto. Saat Orde Baru tidak ada yang berani mengaku komunis, dan menggunakan simbol-simbol komunis, seperti gambar palu arit.
Sekarang kondisinya berlawanan, masih dijumpai orang-orang menggunakan simbol-simbol palu arit. Hari ini di Batam ditemukan gambar tempel palu arit di tiang listrik.
"Siapa yang bertanggung jawab terhadap permasalahan ini? Mengapa kondisi sekarang begitu berani paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila, bermunculan," ujarnya.
Syafri mengatakan aparat di negeri ini terlalu banyak menguras energi untuk mengurus permasalahan itu. Pemerintah terlalu sibuk mengurus berbagai permasalahan dalam negeri, yang seharusnya dapat diatasi dengan cepat, dan diantisipasi sejak dini.
Sementara asing terus menggerogoti kekayaan Indonesia. Asing berupaya menguasai Indonesia, karena memiliki cadangan energi, sumber daya alam yang besar.
"Negeri ini harus diurus secara tegas, terencana dan sistematis untuk menghindari berbagai permasalahan yang dapat merugikan anak bangsa," katanya.
Narasumber lainnya, dosen Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Alfiandri, mengatakan perkembangan zaman mendorong arus globalisasi yang kuat, tidak dapat dicegah. "Tetapi Pancasila tetap kokoh, dan harus tetap kokoh, sebagai benteng generasi muda. Pancasila merupakan ideologi bangsa, yang sudah terbukti layak diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Dia mengatakan upaya kelompok tertentu untuk "menggoyang" Pancasila sudah terjadi sejak dahulu, tetapi ideologi ini tetap kokoh.
"Kita harus memelihara dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya.
Kepala Seksi Teritorial Korem 033/Wira Pratama Letkol Inf Luhut Marpaung dalam seminar itu mengatakan ancaman terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia kini tidak hanya komunisme dan radikalisme, melainkan permasalahan moral para generasi muda dan narkotika.
Salah satu upaya untuk mengantisipasi permasalahan itu, kata dia perlu disosialisasikan Pancasila kepada pelajar dan mahasiswa.
"Seminar kebangsaan seperti yang diselenggarakan Komunitas Bakti Bangsa ini perlu dilakukan agar pelajar dan mahasiswa memahami Pancasila dan dapat menjauhkan diri dari kegiatan-kegiatan negatif," ujarnya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement