Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Masih Sangat Rentan Sentimen?

Rupiah Masih Sangat Rentan Sentimen? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tren penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan masih belum memiliki daya tahan yang terlalu kuat di tengah gejolak perekonomian global, demikian hasil riset dari DBS Group Research.

Berdasarkan siaran pers di Jakarta, Jumat (30/9/2016), rupiah masih rentan terhadap risiko naiknya suku bunga Amerika Serikat dan daya tahannya saat ini disebut masih bergantung pada keberhasilan pemerintah menarik modal dari luar negeri.

Ekonom senior DBS Group Research Philip Wee mengatakan menguatnya rupiah hingga di bawah Rp13.000 per dolar AS bukan berarti menjadi kebal terhadap pergerakan mata uang global. Contohnya ketika China mendevaluasi mata uangnya pada Januari tahun ini, rupiah kembali terdepresiasi. Begitu pula ketika rakyat Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit) pada Juni lalu.

Wee memandang kerentanan likuiditas Indonesia memang sudah berkurang dibandingkan sebelumnya. Akan tetapi, rencana kenaikan suku bunga AS tetap bisa mempengaruhi pergerakan rupiah ke depan. Faktor risikonya terutama berasal dari utang luar negeri yang terus meningkat serta cadangan devisa yang masih rendah.

"Tekanan jual terhadap rupiah dapat balik lagi jika utang luar negeri jangka pendek dan defisit transaksi berjalan memburuk lagi," ujar Wee.

Hasil riset mengungkapkan membaiknya kinerja rupiah didukung oleh sejumlah faktor fundamental domestik. Faktor-faktor tersebut ialah kepercayaan investor yang meningkat seiring perbaikan Produk Domestik Bruto (PDB) yang kembali ke level 5 persen pada kuartal IV 2015.

Tingkat inflasi yang turun ke 3-5 persen mulai November 2015 juga mendorong Bank Indonesia lima kali menurunkan suku bunga sepanjang 2016. Investor asing juga telah meningkatkan kepemilikan obligasi negara menjadi 5,4 persen terhadap PDB pada semester I-2016, dari 4,8 persen pada akhir 2015.

Selain itu, defisit neraca transaksi berjalan stabil di level 2,1 persen terhadap PDB pada kuartal IV-2015. Meski negatif, namun ada perbaikan neraca yang mengindikasikan tekanan terhadap ekspor sudah berkurang.

DBS Group Research memperkirakan dolar AS tidak akan mencapai lebih dari Rp14.000 untuk satu tahun ke depan dengan rentang perdagangan rupiah terhadap dolar antara 5,5-6,1 persen. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: