Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dolar Turun Sementara Rupiah Coba Bertahan, Pasar Sedang Gelisah?

Dolar Turun Sementara Rupiah Coba Bertahan, Pasar Sedang Gelisah? Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Senin (29/9/2025) di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi penutupan pemerintah AS. 

Ketidakpastian politik di Washington menekan pergerakan dolar, sementara investor mencermati risiko eksternal dan internal yang dapat memengaruhi stabilitas nilai tukar global.

Ibrahim Assuaibi, Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas, menjelaskan bahwa pelemahan dolar dipicu oleh kebuntuan negosiasi RUU pendanaan di Kongres.

“Pendanaan federal akan berakhir pada tengah malam 30 September karena Kongres belum menyepakati perpanjangan anggaran. Jika penutupan pemerintah terjadi, rilis data penggajian non-pertanian dapat tertunda dan berpotensi mengganggu aktivitas ekonomi,” ujarnya, Senin (29/9/2025).

Baca Juga: Dolar Menguat, Data Ekonomi Baru Kikis Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga

Ibrahim menyebut bahwa negosiasi bipartisan masih berlangsung, dengan Partai Republik mendorong pendanaan sementara hingga November, sementara Partai Demokrat menuntut pembatalan pemangkasan layanan kesehatan dan Medicaid sebelum menyetujui rancangan baru. Para pemimpin Kongres dijadwalkan bertemu Presiden Donald Trump pada Senin untuk mencari jalan keluar.

Selain ketidakpastian fiskal AS, ketegangan geopolitik juga menambah tekanan pasar. Rusia menggempur Kyiv dan beberapa wilayah Ukraina pada akhir pekan, sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa kembali memberlakukan embargo senjata terhadap Iran. 

"Di sisi lain, diplomat Eropa memperingatkan Moskow bahwa NATO siap menembak jatuh pesawat Rusia jika pelanggaran wilayah udara terus berlanjut," kata dia.

Di dalam negeri, stabilitas rupiah juga menjadi sorotan. Bank Indonesia (BI) telah mengerahkan berbagai instrumen stabilisasi, mulai intervensi pasar spot, transaksi Non Deliverable Forward (NDF) onshore dan offshore, hingga pembelian Surat Berharga Negara (SBN).

"Namun, rupiah masih melemah lebih dari 3 persen secara year-to-date, mendekati Rp16.800 per dolar AS," ungkap Ibrahim.

Baca Juga: Purbaya Sebut Insentif WNI Simpan Dolar di Dalam Negeri Rampung Minggu Depan

Di satu sisi, cadangan devisa per Agustus tercatat USD150,7 miliar, turun dari Juli akibat pembayaran utang pemerintah dan intervensi pasar. Dari sisi fiskal, defisit APBN Januari–Agustus mencapai Rp321,6 triliun atau 1,35 persen dari PDB, dengan penerimaan turun 7,8 persen (yoy) dan belanja naik 1,5 persen (yoy).

Sementara itu, empat bank BUMN mengumumkan bunga deposito dolar sebesar 4 persen efektif 5 November, meski Menteri Keuangan menyatakan tidak ada instruksi resmi pemerintah. BI juga menurunkan BI-Rate 25 basis poin menjadi 4,75 persen pada September, sebagai sinyal pelonggaran terukur dengan fokus pada stabilitas nilai tukar.

Di akhir perdagangan Senin, rupiah ditutup menguat 58 poin di level Rp16.680 per dolar AS, setelah sempat menguat 80 poin ke Rp16.660 dari penutupan sebelumnya di Rp16.740. 

"Untuk perdagangan Selasa, rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif di kisaran Rp16.630–Rp16.680," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: