Indonesia dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan dengab Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura menyepakati peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk mewujudkan keselamatan dan keamanan serta perlindungan lingkungan maritim.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Capt Rudiana dalam pembahasan kerja sama tersebut, di Denpasar, Kamis (3/11/2016) mengatakan, hubungan baik antara Ditjen Perhubungan Laut dan Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura harus terus dilakukan karena letak geografis kedua negara yang berdekatan dan dipisahkan oleh selat Malaka serta selat Singapura yang merupakan jalur pelayaran terpadat di dunia.
Selain itu, Indonesia dan Singapura juga merupakan Anggota Dewan Kategori C di Organisasi Maritim Internasional (IMO) serta menjadi negara pantai yang terlibat aktif dalam forum "Tripartite Technical Experts Group" (TTEG) bersama dengan Malaysia yang khusus membahas keselamatan dan keamanan pelayaran juga perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura.
"Untuk itu, peningkatan 'capacity building' (kapasitas SDM), khususnya dalam di bidang maritim mutlak diperlukan bagi kedua Negara agar keselamatan dan keamanan serta perlindungan lingkungan maritim di wilayahnya masing-masing dapat terwujud dan mendukung terwujudnya 'safe, secure and efficient shipping on clean ocean' (aman, selamat dan efisien dalam pelayaran di samudera yang bersih), yang menjadi fokus dari IMO," tuturnya.
Rudiana menambahkan guna mendukung pengembangan sumber daya manusia di bidang maritim tersebut, sejak 23 September 2005 lalu, Direktorat Jenderal Perhubungan laut dan MPA Singapore telah melakukan kerja sama dalam bidang pengembangan sumber daya manusia bagi aparatur pemerintah di bidang maritim.
Kerja sama tersebut dituangkan dalam nota kesepahaman pelatihan antara Ditjen Perhubungan dan MPA Singapura yang sebelumnya berlaku selama selama dua tahun dan dapat diperpanjang secara periodik 2 (dua) tahunan.
"Namun, sejak adanya addendum MoU pada pertemuan The 9th Meeting of the DGST-MPA SingaporeTraining MoU pada 10 sampai 11 Desember 2015 di Singapura, Ditjen Hubla dan MPA Singapore telah menyepakati bahwa Training MoU dimaksud berlaku untuk jangka waktu tiga tahun atau tepatnya akan berakhir pada tanggal 26 Juli 2018," ucapnya.
Rudiana menambahkan dalam pelaksanaan Training MoU dimaksud, berbagai bentuk training dan workshop dalam berbagai bidang yang diusulkan oleh Ditjen Hubla ke MPA Singapore dalam kerangka Capacity Building telah dilaksanakan dengan baik.
Untuk itu, setiap tahunnya Ditjen Hubla dan MPA Singapura mengadakan pertemuan rutin tahunan yang digelar secara bergiliran untuk mengevaluasi pelatihan atau workshop yang telah selesai dilakukan dan menginventarisisasi kebutuhan "training" atau "workshop" untuk kebutuhan organisasi Ditjen Hubla kedepannya.
"Kita tahu bahwa Singapura lebih maju, memiliki alat-alat yang lebih canggih, jadi kita terus menjalin kerja sama pertukaran informasi, pelatihan, dengan ahli-ahli dari mereka," ujarnya.
Pada pertemuan kali ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa pelatihan dan workshop yang telah dilaksanakan seperti Workshop on Bunkering pada 29-30 Agustus 2016, "VTS Operator Refresher Training" pada tanggal 21-23 September 2016, dan lainnya.
Rudiana kembali mengusulkan sejumlah pelatihan yang memang diperlukan bagi pengembangan kapasitas pegawai Ditjen Hubla dalam menjalankan tugasnya seperti "Workshop on Mandatory IMO Audit Scheme Implementation, Marine Environment Protection Course for MARPOL Annex I to Annex VI", dan sebagainya.
"Hingga saat ini, sudah hampir 60 kegiatan workshop dan berbagai program pelatihan telah dilaksanakan untuk kurang lebih 900 orang pegawai Ditjen Hubla yang bertugas di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim di bawah kerangka 'training' MoU tersebut," imbuh Capt. Rudiana.
Wakil Direktur Bidang Internasional MPA Singaoura Benjamin Wong menyambut baik keberlanjutan kerja sama tersebut yang telah memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan para ahli antara kedua lembaga.
"Tahun lalu kita memperpanjang kerja sama ini menjadi tiga tahun ke depan 2018. Banyak sekali program yang sudah dilaksanakan dan melibatkan 900 SDM Ditjen Perhubungab Laut Kemrnhub," katanya.
Dia berharap kerja sama tersebut bisa memperkuat perlindungan serta keselamatan pelayaran antara kedua negara, terutama di Selat Malaka dan Singapura.
Sebagai informasi, rangkaian pertemuan "The 10th Meeting of DGST-MPA SingaporeTraining MoU" dimaksud diawali dengan penyelenggaraan program "DGST-MPA Singapore Officers Dialogue" pada 2 November 2016.
Program tersebut merupakan salah satu kegiatan yang telah diusulkan dan disepakati yang bertujuan untuk menukar pengalaman dan pengetahuan dalam bidang keselamatan matirim dan perlindungan lingkungan laut serta menjalin kerja sama yang kuat dalam bidang operasional khususnya bagi para pegawai muda di kedua institusi tersebut. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Advertisement