Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rosihan Arsyad Soroti Tantangan Maritim Indonesia

Rosihan Arsyad Soroti Tantangan Maritim Indonesia Kredit Foto: Maritim
Warta Ekonomi, Jakarta -

Laksamana Muda TNI (Purn) Rosihan Arsyad, mantan Kepala Staf Armada Barat Angkatan Laut RI dan Gubernur Sumatera Selatan, meluncurkan buku terbarunya berjudul “Indonesia’s Maritime Interest, Cooperation and Capacity Building” pada Sabtu, 28 September 2024, di Auditorium Perpustakaan Nasional. Buku ini membahas posisi strategis perairan Indonesia dalam mengendalikan jalur komunikasi laut yang vital bagi ekonomi regional dan internasional.

Dalam buku ini, Rosihan menekankan pentingnya perairan Indonesia sebagai “gerbang” menuju Asia, yang perlu dilalui jalur pelayaran aman dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin menuju negara-negara seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea. Ia menegaskan bahwa Undang-undang pelayaran baru mendorong revitalisasi Penjaga Laut dan Pantai, yang telah dimulai untuk meningkatkan keselamatan navigasi.

Rosihan juga menjelaskan latar belakang berdirinya Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI, yang berfungsi tidak hanya sebagai penjaga pantai, tetapi juga untuk melaksanakan patroli keamanan, menetapkan kebijakan nasional, dan mengkoordinasikan sistem peringatan dini. “Indonesia telah membuat kemajuan signifikan dalam memastikan keselamatan navigasi dan berkomitmen untuk memerangi kejahatan maritim,” tulisnya.

Baca Juga: Rayakan Hari Maritim, FishLog Tanam Lima Ribu Pohon Mangrove di Muara Gembong

Menyusuri sejarah, Rosihan mencatat bahwa antara 1999 hingga 2005, terjadi 840 serangan perampokan bersenjata di perairan Indonesia dan Selat Malaka. Hal ini menunjukkan pentingnya peran Bakamla dalam menjaga keamanan maritim.

Dalam buku tersebut, Rosihan mengingatkan pemerintah untuk terus meningkatkan kemampuan industri maritim. “Indonesia diperkirakan akan menjadi pengimpor minyak pada tahun 2050, meskipun tetap menjadi pengekspor gas dan barang konsumsi yang signifikan,” ungkapnya. 

Ia juga memperingatkan bahwa ancaman terhadap keamanan navigasi, termasuk pembajakan dan polusi, terus menghantui perairan Indonesia.

Baca Juga: Dongkrak Keamanan Maritim, Kemenhub Tingkatkan Keterampilan Auditor ISPS Code

Acara peluncuran buku tersebut diwarnai dengan diskusi mengenai pentingnya dukungan konstitusi dalam memperkuat sektor maritim. Pakar maritim, Ali Saleh, menyoroti perlunya peningkatan dukungan konstitusi untuk memaksimalkan potensi maritim Indonesia. Sementara Dani Setiawan dari Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menekankan bahwa Indonesia belum memanfaatkan potensi ekonomi di Selat Malaka secara maksimal.

Dosen Universitas Pertahanan, Surya Wiranto, mengungkapkan bahwa Indonesia berada di empat dari sembilan choke point strategis dunia, termasuk Selat Malaka dan Selat Sunda. “Jika kita tidak menjaga kepentingan maritim kita, kita akan kalah dalam kompetisi global,” tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: