Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indeks Kepuasan Jamaah Haji 2016 Meningkat 6,16 Persen

Indeks Kepuasan Jamaah Haji 2016 Meningkat 6,16 Persen Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indeks Kepuasan Jamaah Haji Indonesia (IKJHI) tahun 2016 meningkat dibanding tahun lalu menjadi 83,83 persen dari 82,67 di tahun 2015.

"Angka tersebut masuk dalam kategori memuaskan atau di atas standar," kata Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto saat memaparkan hasil Survei Kepuasan Jamaah Haji Indonesia (SKJHI) 1437 H/2016 M di kantornya Jakarta, Selasa (15/11/2016).

Dia mengatakan berdasarkan jenis pelayanan yang diterima jamaah haji, indeks kepuasan tertinggi dicapai pada jenis pelayanan yang diberikan petugas kloter (86,40 persen), sedangkan terendah pada layanan bus Armina yang mengangkut jamaah wukuf (79,85 persen).

Dibanding tahun sebelumnya, kata dia, IKJHI tahun ini meningkat 1,16 poin. Kenaikan itu terjadi di semua layanan kecuali jenis pelayanan katering atau makanan.

Dia mengatakan meskipun terjadi peningkatan indeks tetapi masih terdapat catatan untuk perbaikan dalam penyelenggaraan haji.

Kepala BPS mengatakan ada komentar dari jamaah haji yang mengetahui terdapat petugas kloter yang mementingkan ibadah daripada memperhatikan anggota kloter. Petugas kloter juga dianggap kurang aktif sehingga tidak dikenal jamaah.

Jamaah haji, kata dia, juga menginginkan adanya teguran tegas bagi jamaah haji yang tidak tertib seperti merokok sembarangan, memasak di kamar, membuang sampah tidak pada tempatnya dan bercampurnya anggota jamaah lain jenis di satu kamar.

Untuk pelayanan akomodasi tenda, lanjut dia, jamaah mengeluhkan kurangnya fasilitas MCK, tempat wudhu dan fasilitas alat pendingin.

Dari jenis pelayanan katering, kata Suhariyanto, jamaah meminta agar penyelenggara haji menyediakan makanan sesuai selera Indonesia yang bervariasi dan tiga kali sehari.

Kemudian dari unsur transportasi, Kepala BPS mengatakan jamaah menginginkan nantinya terdapat tata kelola yang lebih baik dalam penyelenggaraan bus shalawat (bus keliling pengangkut jamaah di penginapan) dan bus Armina.

Dalam banyak kesempatan, kata dia, bus tersebut kurang armadanya sehingga waktu tunggu menjadi lebih lama. Selain itu, tata letak halte belum baik sehingga memungkinkan banyaknya jamaah yang menyerobot antrean. Lokasi halte juga dirasakan jauh dari pemondokan.

Khusus bus Armina yang biasa dipakai untuk wukuf, kata dia, jamaah mengeluhkan fisik bus yang kurang layak berikut alat pendinginnya.

Untuk bus antarkota, kata dia, mendapatkan angka tertinggi karena fasilitas dan pelayanannya memuaskan kendati ada sedikit kekurangan. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: